Hai, Pahamifren, pada Materi Sosiologi Kelas 10 kali ini, Mipi mau mengajak kamu untuk membahas mengenai pengertian internalisasi nilai, norma dan pembentukan kepribadian. Simak artikel ini sampai selesai, ya!
Sebelum membahas lebih jauh tentang internalisasi nilai norma dan pembentukan kepribadian, ada baiknya kita ulas dulu satu persatu, mulai dari pengertian internalisasi nilai. Internalisasi merupakan proses pembelajaran dan penanaman nilai-nilai, dan norma-norma dalam masyarakat yang dilakukan oleh individu, sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya.
Proses pembelajaran dan penanaman dalam internalisasi ini berlangsung secara berkesinambungan, menjadi bagian dari kepribadian individu tersebut, yang kemudian ditelaah dan diterapkan, baik secara keseluruhan maupun hanya sebagian.
Proses internalisasi ini penting dalam kehidupan sosial seseorang karena seluruh pembelajaran nilai-nilai dan norma-norma yang sudah didapatkannya akan menjadi pedoman baginya dalam bermasyarakat dan dalam menjaga keteraturan sosialnya.
Berikut adalah beberapa pengertian internalisasi menurut para ahli yang dapat membantu pemahaman kamu:
Nilai adalah sesuatu yang baik, yang diinginkan, dicita-citakan, serta dianggap penting oleh masyarakat. Nilai merupakan taksiran, sifat-sifat atau hal-hal penting yang dianggap penting dan berguna bagi kemanusiaan, yang dapat mendorong manusia dalam mencapai tujuannya.
Dalam ilmu sosiologi, nilai dipahami sebagai ukuran yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat karena nilai dianggap sebagai tuntunan pola perilaku setiap individu dalam masyarakat. Nilai juga diyakini sebagai sesuatu yang dianggap benar dan baik, pembatas antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, serta yang pantas dan yang tidak pantas.
Seiring bertambahnya usia seseorang, ia akan memiliki nilai-nilai sendiri yang diyakini dan dianut berdasarkan perasaannya sendiri, sehingga nilai tersebut bersifat subjektif.
Nilai yang diyakini dan dianut seseorang serta bersifat subjektif ini dalam sosiologi disebut sebagai nilai individual. Sementara nilai-nilai yang dianut oleh banyak individu di dalam sebuah masyarakat dan didasarkan pada pandangan dan ukuran banyak orang, disebut sebagai nilai sosial.
Pada prinsipnya, nilai-nilai dalam masyarakat atau nilai sosial dipelajari oleh individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Oleh karena itu, pengertian dari internalisasi nilai adalah nilai-nilai yang dipelajari oleh individu melalui proses sosiologi melalui pengalaman hidup sehari-hari. Pengalaman hidup mengenai nilai ini ada yang terus tertanam dalam diri anggota masyarakat, tetapi juga ada yang bersifat sementara.
Pengalaman internalisasi nilai dapat berubah seiring perkembangan kepribadian individu, Pahamifren. Saat individu mendapatkan pengalaman baru mengenai suatu nilai, yang dapat memberikan kepuasan yang lebih besar, individu tersebut akan menyusun asumsi bahwa apa yang benar dan penting merupakan sesuatu yang abstrak, dan ini sering terjadi secara tidak disadari.
Pengalaman tersebut kemudian dapat ditularkan kepada individu lain atau kelompok sosial lain dalam masyarakat dengan intensitas yang beragam. Penularan nilai ini merupakan faktor penting dalam pembentukan pribadi seseorang dalam sebuah masyarakat.
Berikut adalah beberapa pengertian nilai sosial menurut para ahli yang dapat kamu jadikan acuan:
Dari pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk secara sosial terhadap objek-objek, baik secara material maupun nonmaterial, yang sifatnya absrak. Apabila perasaan dan sikap masyarakat mengenai nilai sosial diikat dalam suatu sistem, sistem tersebut disebut sebagai sistem nilai sosial.
Dalam interaksi sosial, nilai memiliki fungsi sebagai berikut:
Nah, setelah membahas pengertian nilai, Mipi akan membahas apa yang dimaksud dengan norma. Norma merupakan seperangkat aturan, baik tertulis atau tidak tertulis, yang dilengkapi dengan sanksi-sanksi bagi orang yang melanggarnya.
Norma memiliki peran sebagai pedoman sehari-hari yang berlaku dalam masyarakat. Dalam penerapannya, norma berlaku di banyak bidang kehidupan masyarakat, baik itu keagamaan, kesenian, budaya, adat istiadat, ataupun pendidikan.
Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai norma:
Menurut Selo Soemardjan, norma memiliki dua fungsi, yaitu:
Di dalam masyarakat, setiap norma memiliki kekuatan mengikat yang berbeda. Ada norma yang berdaya ikat lemah, sedang, dan kuat. Umumnya anggota masyarakat tidak akan berani melanggar norma yang berdaya ikat kuat.
Cara (Usage)
Cara merujuk pada suatu bentuk perbuatan. Norma berdasarkan cara ini memiliki daya ikat yang sangat lemah bila dibandingkan dengan kebiasaan. Cara biasanya lebih menonjol dalam hubungan antarindividu.
Oleh karena itulah, bila ada individu yang melanggar norma ini hanya akan mendapatkan celaan, bukan hukuman yang berat. Contoh dari norma berdasarkan cara ini adalah cara makan yang tidak menimbulkan suara. Bila ada individu yang melanggar, makan dengan menimbulkan bersuara, individu tersebut akan mendapatkan celaan dari orang di sekitarnya.
Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan memiliki kekuatan mengikat yang lebih kuat dibandingkan cara. Kebiasaan dipelajari dan dilakukan secara terus-terusan dalam bentuk yang sama karena banyak orang yang menyukai perbuatan tersebut. Contoh dari norma berdasarkan kebiasan ini adalah kebiasaan orang yang lebih muda menghormati orang yang lebih tua.
Tata Kelakuan (Mores)
Bila sebuah kebiasaan dilakukan tidak hanya karena perilaku saja, melainkan diterima sebagai norma yang mengatur, kebiasaan tersebut akan menjadi tata kelakuan.
Tata kelakuan menjadi gambaran sifat-sifat yang hidup dalam kelompok manusia dan dilaksanakan sebagai alat pengawas karena dapat memaksakan suatu perbuatan kepada individu.
Adat Istiadat (Custom)
Adat istiadat merupakan tata kelakuan masyarakat yang terintegrasi secara kuat dengan pola-pola perilaku baik. Adat istiadat memiliki kekuatan mengikat yang kuat, sehingga bila ada individu atau kelompok yang melanggarnya, akan mendapatkan sanksi yang keras.
Misalnya, dalam hukum adat istiadat di daerah Lampung, melarang perceraian karena pernikahan dianggap sebagai kehidupan abadi bersama dan hanya dapat terputus bila suami atau istri meninggal dunia. Bila ada anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat ini, bukan hanya suami istri yang bercerai tersebut yang namanya tercemar, melainkan juga seluruh keluarga suami istri tersebut.
Norma Kesusilaaan
Norma kesusilaan merupakan norma yang berasal dari bisikan hati nurani. Norma kesusilaan ini biasanya sering muncul saat seseorang hendak melakukan sesuatu. Bisikan hati nurani manusia ini, baik disadari atau tanpa disadari, acapkali menjadi panduan seseorang dalam bersikap atau bertingkah laku. Contoh norma kesusilaan adalah senantiasa berbuat baik kepada orang lain, harus bersikap dan berkata jujur, dan lain sebagainya.
Norma Agama
Agama memiliki peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, yang ajarannya dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan yang benar dan lurus, baik dalam hubungan seseorang terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk hidup lainnya.
Norma agama ini dilaksanakan berdasarkan keimanan dan ketakwaan individu. Bila seseorang menjalani perintah atau ajaran agama dengan baik dan benar, akan terjadi tata kehidupan yang harmonis.
Namun, bila seseorang banyak melakukan pelanggaran norma norma-norma agama, akan terjadi banyak konflik, baik yang sifatnya individual maupun sosial. Contoh norma agama adalah beriman terhadap Tuhan, menjalankan ibadah sesuai ajaran agama yang dianut, menghormati kedua orang tua, dan lain sebagainya.
Norma Hukum
Norma hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur kehidupan masyarakat, yang berupa ketentuan, perintah, kewajiban, dan larangan. Norma hukum ini dibuat dengan tujuan terciptanya keamanan, ketertiban, dan keadilan dalam masyarakat. Norma hukum terbagi menjadi dua jenis, yaitu hukum tertulis dan hukum tidak tertulis (konvensi).
Hukum tertulis merupakan aturan-aturan yang dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang, sementara hukum tidak tertulis adalah aturan-aturan yang diyakini keberadaannya secara adat.
Norma hukum merupakan norma yang paling tegas di antara norma-norma yang ada di masyarakat. Bila ada individu yang melanggar norma hukum, maka individu tersebut akan dikenakan sanksi berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam hukum tersebut.
Contoh norma hukum adalah tidak melakukan tindak kejahatan, tidak melakukan pencurian, tidak melanggar lampu lalu lintas, tidak menyebar berita bohong atau hoaks, dan lain sebagainya.
Dalam ilmu sosiologi, sosialisasi merupakan suatu proses sosial yang membuat seorang individu belajar menghayati dan melaksanakan sistem nilai serta sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat tempatnya tinggal. Proses sosialisasi ini biasanya tidak dapat dipisahkan dengan proses enkulturasi.
Enkulturasi sendiri merupakan proses pembelajaran kebudayaan yang meliputi falsafah, bahasa, adat istiadat, bahasa, dan kebiasaan yang ada dalam lingkungan masyarakat sehingga terbentuk sebuah kepribadian.
Oleh karena itulah sosialisasi merupakan proses belajar seorang individu sebagai anggota masyarakat dalam menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan, bahasa, adat istiadat, perilaku, kebiasaan, hal-hal lain yang ada dalam kehidupan masyarakatnya, sehingga individu tersebut dapat berpikir, bersikap, dan berperilaku dengan serasi, selaras, dan seimbang.
Seorang individu menjalani proses sosialisasi di masyarakat dengan beberapa cara, yaitu:
Pelaziman (Conditioning)
Pelaziman merupakan salah satu proses sosialisasi yang mempengaruhi sebagian besar perilaku seorang anak. Seorang anak biasanya mempertahankan suatu perilaku bila perilaku tersebut membuatnya mendapatkan imbalan.
Sebaliknya, bila perilaku tersebut membuatnya mendapatkan hukuman, perilaku tersebut akan ia tinggalkan. Oleh karena itulah dalam proses sosialisasi, pelaziman ini sangat dipengaruhi oleh didikan orang tua. Dalam pelaziman, hampir sebagian besar perilaku diperoleh anak secara positif.
Imitasi
Proses imitasi terjadi dengan agak majemuk, yaitu dengan cara anak melihat model yang akan ia tiru perbuatannya.
Identifikasi
Identifikasi merupakan proses peniruan yang dilakukan oleh anak secara mendalam. Seorang anak bukan hanya meniru aspek luarnya saja, melainkan ingin menjadi identik atau sama dengan tokoh idealnya. Dalam perkembangan proses diri seseorang, identifikasi memiliki peranan penting karena dengan melakukan identifikasi, seseorang “mengkategorikan” dirinya ke dalam kategori tertentu.
Internalisasi
Dalam proses sosialisasi internalisasi, seorang anak mengikuti sebuah aturan bukan karena akan mendapatkan hadiah atau karena takut dihukum, dan bukan karena meniru tokoh idealnya. Seorang anak mengikuti aturan yang ada karena merasa yakin kalau norma tersebut telah menjadi bagian dari dirinya dan menyadari perilaku tersebut diharapkan oleh masyarakat.
Kepribadian merupakan keseluruhan karakteristik perilaku yang khas pada diri individu. Setiap individu memiliki kepribadian yang unik sehingga individu tersebut dapat dibedakan dengan individu lainnya. Setiap individu juga tidak mungkin memiliki banyak kepribadian, kecuali bila individu tersebut memiliki gangguan mental.
Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai kepribadian:
Faktor-faktor pengembangan kepribadian terdiri dari 4 hal, yaitu:
Warisan biologis
Warisan biologis merupakan faktor penentu kepribadian yang bersifat unik karena tidak ada seorang pun, kecuali anak kembar, yang memiliki karakter fisik yang sama. Sebagian masyarakat menganggap kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh penampilan warisan biologisnya.
Misalnya karakteristik kepribadian seperti ambisi, kejujuran, ketekunan, kriminalitas, kecenderungan seksual, atau IQ seorang anak dianggap muncul karena kecenderungan-kecenderungan warisan biologis.
Namun, akhir-akhir ini banyak orang yang tidak lagi mempercayai pandangan mengenai warisan biologis ini karena sudah diketahui bahwa karakteristik kepribadian seseorang dibentuk melalui pengalaman hidup seseorang tersebut.
Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik dianggap sebagai penentu pembentukan kepribadian seorang individu yang penting karena berkaitan dengan perilaku manusia dengan iklim dan geografi lingkungan yang ditinggalinya.
Banyak pemikir seperti Aristoteles, Hippocrates, dan Confucius sampai pada ahli geografi modern, seperti Allworth Huntington, yang menekankan perilaku suatu kelompok disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi, dan sumber alam. Teori ini sejalan dengan teori etnosentris karena teori geografi memberikan mampu memberikan keterangan etnosentris yang objektif mengenai perilaku seseorang.
Pengalaman Kelompok
Sepanjang hayatnya, seorang individu akan tergabung dan terikat pada kelompok-kelompok tertentu, yang kemudian gagasan atau norma-norma kelompok-kelompok tersebut dijadikan sebagai model gagasan atau norma-norma perilakunya.
Dalam perkembangan kepribadian, keluarga memiliki peranan yang sangat penting karena keluarga merupakan kelompok pertama seorang individu sejak ia lahir dan akan dimilikinya sepanjang hayatnya.
Oleh karena itu, ciri-ciri kepribadian dasar seorang individu terbentuk dalam lingkungan keluarga. Kelompok kedua adalah kelompok sebaya atau persamaan (peer group) yang usia dan statusnya sama dan menjadi penting sebagai kelompok referensi individu tersebut.
Pengalaman Unik
Pengalaman seseorang individu senantiasa bersifat unik dan tidak ada pengalaman orang lain yang dapat menyamainya dengan sempurna. Pengalaman unik setiap individu ini tidak hanya bertambah, tetapi menyatu. Kepribadian tidak dibangun dengan menyusun sebuah peristiwa di atas peristiwa-peristiwa lainnya, sebagaimana menyusun dan membangun tembok batu bata.
Sosialisasi memiliki dua fungsi dalam pembentukan kepribadian seorang individu, yaitu:
Bagaimana, sampai di sini sudah paham kan tentang pengertian internalisasi nilia, norma dan pembentukan kepribadian. Selanjutnya, apa sih hubungan antara internalisasi nilai dengan pembentukan kepribadian?
Internalisasi berperan dalam proses penyerapan nilai-nilai sosial dan norma-norma oleh masyarakat melalui proses belajar beradaptasi terhadap keadaan, kondisi, dan lingkungan.
Sementara kepribadian adalah beberapa karakter yang dimiliki seorang individu, yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam perilakunya, sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dengan individu-individu lainnya.
Gejala-gejala kepribadian seorang individu ini tumbuh secara perlahan dalam masyarakat karena adanya proses sosialisasi dan internalisasi. Selain itu kepribadian seorang individu juga dipengaruhi oleh banyak hal, seperti yang sudah di bahas di atas.
Nah, itulah pembahasan Materi Sosiologi Kelas 10 mengenai internalisasi nilai, norma, dan pembentukan kepribadian. Semoga artikel ini menambah pemahaman kamu, ya. Buat kamu yang ingin mendapatkan akses materi belajar menarik lainnya, kamu bisa mengunduh aplikasi bimbingan belajar online Pahamify di sini.
Khusus buat kamu yang ingin mempersiapkan diri menghadapi UTBK, kamu bisa mengikuti try out online gratis dari Pahamify di tautan ini. Jangan lupa juga untuk melihat informasi promo menarik lainnya di https://pahamify.com/promo/, ya.
Penulis: Salman Hakim Darwadi
https://youtu.be/MVsI9FBvRcw 8 Mei 2023. adalah hari ke 128 di tahun 2023. Diumumkan sebagai jadwal tentatif UTBK untuk seleksi masuk PTN.…
Kegiatan akademik tahun ajaran 2022/2023 baru saja dimulai, tapi Pahamifren merasa kok temen-temennya sudah pada ambis buat SNMPTN?! Atau jangan-jangan…
Pahamifren sudah ada yang masuk kembali ke sekolah? Bagaimana rasanya belajar dan berkumpul langsung dengan teman-teman? Mipi yakin pasti seru…
Periode Promo: 7 Juli - 10 Juli 2022 Halo, Pejuang PTN 2023! Gimana, udah mulai persiapan untuk hadapi UTBK SBMPTN…
Saat kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikanmu ke jenjang perguruan tinggi, kamu bukan hanya harus memikirkan program studi (prodi) apa yang…
Halo, Pahamifren! Kamu pasti udah ngga asing dengan istilah UH (Ulangan Harian), UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (Ujian Akhir Semester),…