Close

September 11, 2020

Kamu Ragu Bisa Meraih Cita-Cita? Baca Ini!

Kamu Ragu Bisa Meraih Cita-Cita? Baca Ini!

Cuitan Fikri kali ini mau bahas mengenai keraguan dalam meraih cita-cita, nih. Inspirasi utas Kak Fikri kali ini berasal dari seorang pejuang gap year yang memiliki cita-cita tinggi untuk masuk ke jurusan manajemen UI, tapi dia gak percaya diri karena belum menguasai semua materi pelajaran yang mesti ia pahami. Padahal saat dia bertanya pada Kak Fikri sudah H-58 SNMPTN. Kalau kamu ada di posisi pejuang gap year tersebut, kamu bakalan ragu sama cita-cita kamu, gak, nih? Kalau kamu termasuk orang yang gampang ragu bisa meraih cita-cita kamu, kamu mesti banget baca artikel ini, Pahamifren!

Dalam menjawab pertanyaan pejuang gap year tersebut, Kak Fikri memulai utasnya dengan bercerita mengenai the four-minute barrier. Jadi dulu orang-orang berpikir kalau jarak 1 mil mustahil ditempuh dengan lari dalam waktu empat menit. Sebenernya wajar aja, sih, pada saat itu orang-orang berpikir demikian, karena belum pernah ada orang yang bisa berlari sejauh 1 mil dalam waktu empat menit saja. Hingga akhirnya pada tahun 1954, seorang atlet Inggris yang bernama Roger Bannister, berhasil melakukannya pada usia 25 tahun. Setelah Roger Bannister berhasil melakukannya, ada lebih dari 1.400 atlet pria yang bisa melakukan hal yang sama.

Jadi intinya, ketika orang-orang berpikir bahwa suatu hal mustahil untuk dilakukan, banyak orang yang gak berani mencoba untuk membuktikan bahwa pemikiran tersebut salah. Namun, begitu ada yang dapat melakukan hal tersebut, pada akhirnya banyak orang yang mencoba dan bahkan bisa melebihi prestasi orang pertama yang berhasil membuktikan pemikiran tersebut salah. Nah, bercermin dari situ, Kak Fikri mengatakan kalau sebenernya kita bisa mengejar cita-cita kita, masalahnya tinggal kitanya percaya kita dapat melakukannya atau enggak?

Jadi kamu gak perlu belajar semua materi pelajaran. Kalau kamu sudah ikut Try Out Pahamify yang premium, kamu bakalan bisa memetakan lemahnya kamu di bab atau materi pelajaran apa. Setelah itu, kamu hanya perlu fokus ke bab atau materi pelajaran tersebut pas belajar.

Menurut Kak Fikri, secara sederhana, dalam perjalanan menuju cita-cita, konsep yang mesti kita rencanakan itu ada dua, yaitu what and how. Kasus idealnya, dalam tahap pertama, kita harus menentukan apa (what) yang mau kita raih? Misalnya, dalam menghadapi SNMPTN, kita harus tentukan pilihan kita dulu. Kita mau masuk kampus dan jurusan apa? Setelah itu, kita juga harus tahu kira-kira nilai yang harus kita capai itu berapa?

Setelah kita menentukan what, kita masuk ke tahap kedua, yaitu merencanakan how-nya. Di sinilah kita harus sudah membulatkan tekad dan keyakinan kita. Pasang kacamata kuda untuk meraih target yang sudah kita tentukan. Setelah itu, kita tinggal merencanakan bagaimana langkah-langkah untuk mencapai target kita tersebut. Ada berapa materi yang harus kita kuasai? Harus belajar seberapa banyak setiap harinya? Setelah how-nya sudah ada dan tergambar dalam pikiran kita alias masuk secara logika, maka kita masuk ke eksekusi, action, stick to the plan. Setelah itu kita perlu memonitor progres kita. Kalau ternyata plan-nya salah, maka plan-nya harus kita revisi. Kalau enggak, action-nya yang perlu dibenahi. Idealnya, waktu dan energi kita lebih banyak terpakai untuk merencanakan how – eksekusi – monitor – perbaiki eksekusi.

Namun, seringnya, ketika eksekusi kita gak lancar karena gak sesuai plan, kita bukannya berusaha mengikuti plan kita, kita malah meragukan plan kita. Bahkan kita jadi balik lagi ke awal, meragukan what-nya. Padahal kita sudah tahu kalau what-nya itu bisa diraih oleh orang lain dan sudah terbukti kalau orang lain bisa meraih what tersebut. Padahal semua orang yang sudah berhasil meraih what yang sama dengan kita, sama seperti kita: sama-sama manusia, sama-sama memiliki waktu 24 jam, sama-sama butuh waktu untuk belajar, sama-sama pernah salah pas ujian, dan sama-sama pernah lupa rumus. 

Makanya kalau kita masih mempersoalkan what kita dan ragu kita bisa mencapai what tersebut, otak kita lama-kelamaan akan kelelahan dan kepercayaan diri kita jadi goyah. Energi dan waktu kita jadi habis untuk memikirkan apa sebaiknya kita tetap maju atau mundur saja. Padahal secara logika, waktu yang ada masih panjang banget. Kak Fikri sendiri sudah pernah menghitung waktu yang kita butuhkan untuk mengejar semua materi pelajaran yang harus kita kuasai. Jadi, untuk mengejar materi pelajaran kelas X, XI, dan XII itu kira-kira kita butuh nonton sekitar 1.500 video di Pahamify, yang rata-rata videonya berdurasi sepuluh menit (karena dibuat sepadat mungkin). Nah, kalau ditotalkan, kita hanya butuh sekitar delapan setengah jam perhari, selama tiga puluh hari, untuk mempelajari semuanya.

Padahal sebenernya, kita gak perlu mulai dari 0 sama sekali. Karena, masa iya, sih, dari tiga tahun belajar di SMA, gak ada sisa-sisanya 50-70% materi yang nyangkut di otak kita? Kalau tersisa 50%, artinya dalam sebulan, kita hanya butuh empat jam untuk mengejar materi pelajaran yang belum kita kuasai. Dengan demikian, jam belajar kita sudah berkurang dan beban kita sudah lebih enteng. Ini hitung-hitungan yang dilakukan Kak Fikri secara matematis, ya. Jadinya logis.

Apalagi kalau kita menggunakan prinsip Pareto, 20% usaha akan menentukan 80% hasil yang akan kita capai. Jadi kamu gak perlu belajar semua materi pelajaran. Kalau kamu sudah ikut Try Out Pahamify yang premium, kamu bakalan bisa memetakan lemahnya kamu di bab atau materi pelajaran apa. Setelah itu, kamu hanya perlu fokus ke bab atau materi pelajaran tersebut pas belajar. Dengan begitu, waktu yang kamu butuhkan akan berkurang lagi. Jadi kamu gak perlu ngeraguin lagi apakah kamu bisa atau enggak mencapai target kamu atau mungkin atau enggak kamu mencapai target kamu tersebut, karena itu hanya membuang-buang waktu kamu saja.

Pokoknya kamu harus membulatkan tekad dan keyakinan kamu, kalau kamu bisa meraih target atau cita-cita kamu. Sekarang tinggal bagaimana caranya. Gimana plan kamu untuk mengejar materi pelajaran yang mesti kamu kuasai. Ini semua perkara permainan pikiran dan mental. Kamu jangan fokus pada seberapa tertinggalnya kamu, tapi fokuslah ke bagaimana mengejar ketertinggalan kamu, karena waktu kamu sebenarnya masih cukup. Waktu yang kamu miliki emang gak panjang, tapi cukup.

Jadilah delusional sampai hari H UTBK. Itulah yang pernah Kak Fikri lakukan saat ia masih duduk di bangku SMA. Ia mem-brainwash otaknya sendiri. Mau hasil try out Kak Fikri nilainya cuma 20%, ia tetap yakin kalau ia akan masuk ITB, entah bagaimana caranya.

Di sini, Kak Fikri menekankan kalau kamu harus menghilangkan semua keraguan kamu pada diri kamu sendiri dan tetap fokus pada action, action, action dan do, do, do! Kamu harus menata pikiran dan hati kamu, karena kebanyakan mimpi itu mati bukan karena kegagalan, tapi karena keraguan yang membuat kita lupa atau males bertindak. Kalau kamu lagi lomba lari, jangan ragu lari sampai kamu berhasil mencapai garis finish. Mau hasilnya kalah atau menang, jangan kamu pikirkan, yang penting kamu terus berlari. Butakan diri kamu dalam mengejar impian. Jadilah buas! Jadilah liar! Cari cara untuk menerkam mangsamu! Nanti ada waktunya untuk realistis, tapi bukan di saat kamu sedang dalam proses mengejar target atau cita-cita kamu.

Simpan keraguanmu, simpan rasa insecure kamu, simpan dulu kalimat “kayaknya gak bisa”, serta simpan galau dan sedih kamu untuk pas pengumuman SNMPTN. Sekarang energi kamu digunakan untuk fokus belajar dan semangat. 50 hari memang bukan waktu yang gak lama, tapi gak sebentar juga. 50 hari adalah waktu yang cukup. Jadi tugas kita adalah membuat 50 hari tersebut menjadi bermakna.

Dalam utasnya, Kak Fikri juga membagikan salah satu tips atau pelajaran mental yang ia dapatkan dari banyak pendiri startup di Silicon Valley: “Have too much self belief is the key of success.” Jadilah delusional sampai hari H UTBK. Itulah yang pernah Kak Fikri lakukan saat ia masih duduk di bangku SMA. Ia mem-brainwash otaknya sendiri. Mau hasil try out Kak Fikri nilainya cuma 20%, ia tetap yakin kalau ia akan masuk ITB, entah bagaimana caranya. 

Kak Fikri mengaku kalau ia memiliki banyak keraguan, kalau memang ia mau ragu. Di sekolah Kak Fikri, siswa atau siswi yang berhasil masuk ITB itu super langka. Kak Fikri sendiri gak termasuk rangking 10 besar di sekolahnya. Karena ia siswa akselerasi, ia banyak ketinggalan materi. Ia sudah pusing belajar saintek, di sekolahnya masih ada pelajaran agama yang materi pelajarannya sangat banyak, mulai dari akidah, akhlak, ibadah, tarikh, bahasa Arab, sampai yang namanya ke-Muhammadiyah-an. Namun, Kak Fikri gak ambil pusing. Ia tetap cuek dan tetap fokus bermimpi. Mau ia ditolak ITB juga ia tetap bertekad untuk meraih cita-cita tersebut.

Kak Fikri bahkan gak berhenti “berdelusi”, sekalipun hasil akhir ujiannya waktu itu hanya 45% atau 55%. Padahal untuk masuk STEI ITB, ia membutuhkan nilai 65%—75%. Ia tetap berharap, berdoa, dan berkhayal masuk ITB. Sampai-sampai ia merasa sebelum pengumuman kalau ia sudah masuk ITB. Namun, ternyata saat Kak Fikri mengecek blog lamanya, rupanya pada H-1 pengumuman, ia sudah mulai pasrah. Galaunya minta ampun, akunya. Pada H-1, ia sudah seperti menyesali segala sesuatunya. Kak Fikri meminta agar kita gak meniru kelakuannya saat itu. Kita jangan pernah menyalahkan keadaan atau masa lalu kita. Kita harus tetap fokus pada apa yang bisa dilakukan saat ini untuk meraih cita-cita kita.

Singkat cerita, Kak Fikri akhirnya udah gak peduli dengan hasil pengumuman. Ia udah pasrah saat menjelang pengumuman. Ia malah mendengarkan Kaskus Radio di warnet. Sampai-sampai hasil SPMB-nya waktu itu dicek oleh teman daringnya di forum-forum. Eh, ternyata Kak Fikri diterima di ITB. Ia juga menjadi satu-satunya lulusan SMA-nya, yang masuk ITB melalui jalur SPMB/UTBK. Ia masuk STEI ITB pada usia 15 tahun. Semua kejadian tersebut jugalah yang akhirnya mengantarkan ia mendapatkan beasiswa S3, lalu bisa bikin Pahamify dan Hutata.

Sebagai penutup utasnya, Kak Fikri mengingatkan kita: “Do something your future self would thank you!” Kamu boleh ragu, boleh sedih, boleh down, boleh galau, tapi ada waktunya. Pilih waktu yang tepat biar kamu gak rugi!Nah, gimana? Semoga setelah membaca artikel ini kamu bisa belajar jadi orang yang lebih optimis dalam meraih cita-cita kamu, ya. Terus rajin dan tekun belajar supaya kamu bisa berhasil meraih cita-cita kamu, ya, Pahamifren!

Nah, biar belajar kamu makin seru dan mengasyikkan, kamu bisa menggunakan aplikasi belajar Pahamify. Dengan berlangganan paket belajar Pahamify, kamu bisa menikmati beragam fitur belajar Pahamify, seperti video materi belajar, rangkuman, kisi-kisi ulangan, video tips belajar, dan masih banyak lagi. Apa lagi Mipi masih punya promo diskon langganan paket belajar sebanyak 80%. Tunggu apalagi? Buruan unduh aplikasi Pahamify sekarang juga!

Penulis: Salman Hakim Darwadi


One Comment on “Kamu Ragu Bisa Meraih Cita-Cita? Baca Ini!

INI SARTIKA
February 20, 2021 at 11:10 am

Saya ingin masuk kampus politeknik kesehatan negeri Sriwijaya, Palembang.

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *