Close

August 15, 2019

Hotel Yamato: Saksi Bisu Perjuangan Pemuda Surabaya

Yamato Hotel atau Oranje Hotel menjadi saksi bisu sejarah surabaya dan pergerakan pemuda Indonesia

Sebuah hotel yang terletak di Jalan Tunjungan nomor 65, Surabaya, yang kini dikenal sebagai Hotel Majapahit, adalah salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu perjuangan Indonesia dalam memaknai kemerdekaan dan menjadi bagian sejarah Surabaya. Bangunan yang berwarna putih bagaikan gading tersebut telah berdiri sejak 1910. Dulunya, hotel itu belum berwarna gading seperti sekarang, pada 1910, hotel itu dikenal sebagai Hotel Oranje karena bangunannya berwarna oranye dan didirikan untuk memberikan penghormatan kepada Belanda yang kala itu menduduki Surabaya. Pada masa jayanya, Hotel ini pernah dikunjungi oleh tokoh-tokoh dunia seperti Leopold III dari Belgia, Ratu Astrid dari Swedia, hingga Charlie Chaplin.

Pada masa Perang Dunia II, Jepang berhasil menekuk lutut pengaruh Belanda di Surabaya, karenanya, pada tahun 1942 sampai 1945, nama Hotel Oranje diganti menjadi Hotel Yamato. Hal ini menandakan masa peralihan fungsi hotel menjadi markas utama militer Jepang. Pada masa Yamato ini terjadilah sebuah insiden yang kelak menjadi titik balik perlawanan pemuda-pemuda Surabaya dalam memaknai kemerdekaan Indonesia.

Satu bulan setelah Hari Proklamasi, tepatnya pada tanggal 19 September 1945, Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) yang dipimpin W.V.Ch Ploegman tiba di Surabaya. Mereka tiba berbarengan dengan tentara Sekutu dan Palang Merah Internasional, tujuan mereka datang ke Surabaya pada awalnya adalah untuk melakukan bantuan rehabilitasi untuk para tawanan serta korban perang, terutama dari pihak Jepang, yang baru saja kalah dalam perang Asia Timur Raya.

Akan tetapi, maksud dan niat humaniter para serdadu AFNEI berubah menjadi sebuah malapetaka ketika Ploegman mengibarkan bendera merah-putih-biru di tiang Hotel Yamato. Insiden ini membuat murka para pemuda Surabaya dan masyarakat sekitar. Residen Surabaya Soedirman, seorang diplomat muda yang memegang wilayah Surabaya, berupaya untuk menindak lanjuti insiden ini untuk mencegah situasi yang makin tidak terkendali. Akan tetapi, upaya mediasi antara Residen Soedirman dan Ploegman tidak menghasilkan apapun karena Ploegman tidak menggubris serta tidak mengakui kemerdekaan Indonesia–dia menganggap bahwa Hindia Belanda adalah bagian dari Sekutu dan akan terus berupaya untuk menguasai wilayah bekas jajahannya.

Karena ketidakpedulian Ploegman inilah yang akhirnya memaksa massa serta pemuda yang berkumpul di Hotel untuk memanjat tiang Hotel Yamato dan merobek bendera merah-putih-biru tersebut menjadi warna merah-putih, warna sang saka, sembari diiringi oleh teriakan “merdeka” dari para massa dan pemuda yang berada di sekitar Hotel Yamato. 

Insiden ini membuat Belanda berang dan merasa kehormatan mereka dinodai oleh Indonesia. Akhirnya, kejadian ini mengeskalasi polemik dan konflik yang berujung pada peristiwa 10 November 1945–pertempuran berdarah yang kini kita kenang sebagai Hari Pahlawan.

Hotel Oranje, yang berubah menjadi Yamato, dan kini dinamai Hotel Majapahit, telah menjadi saksi bisu geliat dan gelora kemerdekaan di Surabaya. Kini, bangunan tersebut tetap kokoh berdiri dan menjadi salah satu lokasi yang menawarkan sepotong sejarah surabaya serta perjalanan bangsa yang kini telah 74 tahun merdeka! Merdekaaaaaa!!!


Download Aplikasi belajar Pahamify di Google Play dan Apple App Store

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *