Close

February 4, 2021

Geografi Kelas 11: Penanggulangan Bencana Alam

Penanggulangan Benacana Alam

Pahamifren, kamu tentu sudah tahu kan, pada awal tahun 2021 terjadi bencana alam di sejumlah kawasan di Indonesia? Mulai dari banjir, tanah longsor, gelombang tinggi, gunung meletus, puting beliung, hingga cuaca ekstrem. Dalam kondisi tersebut, pemerintah tentu mempersiapkan upaya penanggulangan bencana alam terbaik kepada korban yang terdampak.

Nah, pada Materi Geografi Kelas 11 ini, Mipi mau mengajak kamu membahas penanggulangan bencana alam nih, bagaimana tindakan mitigasi bencana alam dilakukan di Indonesia? Manfaat mitigasi bencana, serta contoh mitigasi bencana alam yang biasa diterapkan. Simak artikel ini sampai selesai ya.

Bagaimana Penanggulangan Bencana Alam Dilakukan?

Secara umum, penanggulangan bencana alam dapat dikatakan sebagai segala upaya meliputi kegiatan mencegah, menjinakkan, penyelamatan, rehabilitasi, dan rekonstruksi, baik sebelum maupun sesudah bencana terjadi.

Penanggulangan bencana ini juga sering dikenal dengan mitigasi bencana. Namun, sebelum membahas lebih jauh mengenai penanggulangan bencana alam, ada baiknya kamu mengetahui pengertian bencana dan kategorinya, sebagai berikut:

Bencana Alam

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat. Bencana bisa disebabkan oleh faktor alam maupun non-alam, seperti faktor manusia.

Bagaimana cara penanggulangan bencana alam? Apa yang dilakukan sebagai tindakan mitigasi bencana alam?

Bencana dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana yang disebabkan oleh faktor alam inilah yang disebut bencana alam. Contoh bencana alam adalah gempa bumi, banjir, angin topan, tanah longsor, kekeringan, dan tsunami.

Jenis-Jenis Bencana Alam

Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis, Pahamifren. Ketiga jenis bencana alam ini dibedakan berdasarkan penyebab bencana alam tersebut. Tiga jenis bencana alam tersebut adalah sebagai berikut:

Bencana Alam yang Disebabkan oleh Dinamika Litosfer

Seperti yang sudah kamu ketahui, litosfer merupakan kulit terluar dari permukaan bumi. Beberapa bencana alam yang disebabkan oleh dinamika litosfer, yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tanah longsor.

  • Gempa Bumi

Secara geografis, Indonesia merupakan wilayah pertemuan antara 3 lempek tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara. Selain itu, lempeng Indo-Australia juga bertabrakan dengan lempeng Pasifik di daerah utara Irian dan Maluku Utara.

Akumulasi energi tabrakan antara lempeng-lempeng tersebut akan terkumpul di sekitar lokasi pertemuan lempeng-lempeng, hingga akhirnya lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi tersebut. Saat ini terjadi, maka tumpukan energi tersebut akan terlepas dan menyebabkan gempa bumi. 

Gempa bumi dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik, gempa bumi runtuhan, gempa bumi tumbukan, dan gempa bumi buatan.

Gempa bumi tektonik merupakan gempa karena adanya aktivitas pergeseran lempeng tektonik secara mendadak dan memiliki kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi vulkanik merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya aktivitas magma yang biasa terjadi sebelum gunung meletus.

Gempa bumi vulkanik banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi karena getaran gempa bumi vulkanik yang sangat kuat dapat menjalar ke seluruh bagian bumi. Gempa bumi runtuhan adalah gempa bumi yang biasanya terjadi di daerah kapur ataupun di daerah pertambangan. Gempa bumi runtuhan bersifat lokal dan jarang terjadi.

Sementara gempa bumi tumbukan merupakan gempa yang disebabkan oleh tumbukan asteroid atau meteor yang jatuh ke bumi. Gempa bumi tumbukan ini jarang terjadi. Nah, kalau gempa bumi buatan merupakan gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya nuklir dan peledakan dinamit.

  • Letusan Gunung Berapi
Kenapa Sering Terjadi Bencana di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai cincin api Pasifik atau lingkar api Pasifik karena memiliki lebih dari 500 gunung api, yang 129 di antaranya berstatus aktif. Gunung api aktif yang terbesar di Indonesia berada di pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Bali, Kepulauan Maluku, dan Sulawesi Utara. Gunung-gunung tersebut merupakan sekitar 13% dari sebaran gunung api yang aktif di dunia.

Beberapa tanda-tanda saat gunung berapi akan meletus adalah suhu di sekitar gunung naik, sering mengeluarkan guruh yang kadang disertai getaran (gempa), tumbuhan di sekitar gunung menjadi layu, mata air menjadi kering, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi. Gunung berapi yang meletus akan menghasilkan gas vulkanik, hujan abu, lahar, awan panas, lava, aliran pasir dan batu panas.

Tanah Longsor

Tanah longsor merupakan bencana alam yang terjadi karena pergerakan tanah atau massa batuan yang menuruni lereng atau tebing. Tanah longsor dapat terjadi karena dipicu oleh beberapa hal, yaitu gempa bumi, letusan gunung berapi, atau curah hujan yang tinggi.

Bencana tanah longsor ini sangat merugikan bagi manusia, baik dari segi korban jiwa ataupun kerusakan harta benda, karena sering terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi.

Bencana Alam yang Disebabkan oleh Dinamika Hidrosfer 

Kalau jenis bencana alam yang kedua ini berkaitan dengan lapisan air yang ada di permukaan bumi alias hidrosfer. Beberapa bencana alam yang dapat disebabkan oleh dinamika hidrosfer adalah sebagai berikut:

  • Banjir

Sebagai sebuah negara yang memiliki musim kemarau dan musim hujan dengan ciri-ciri perubahan cuaca suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi tersebut dapat menimbulkan ancaman yang bersifat hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan. Banjir merupakan peristiwa air yang menggenangi daratan karena luapan air yang ada di sungai.

Banjir dapat terjadi karena hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air berupa sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia, meningkatnya muka air di sungai akibat pasang laut ataupun meningginya gelombang laut karena badai, kegagalan bangunan air buatan manusia (bendungan, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir), dan kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat longsor atau runtuhnya tebing sungai.

Saat banjir terjadi, maka kegiatan ekonomi bisa terganggu karena jalur transportasi terputus dan banyak terjadi kerugian akibat rusaknya harta benda. Tak jarang juga banjir menyebabkan korban jiwa.

  • Tsunami

Tsunami diambil dari bahasa Jepang yang berarti gelombang atau pasang laut yang besar di pelabuhan. Tsunami ini merupakan pergeseran naik atau turun yang terjadi secara tiba-tiba di dasar samudera saat terjadinya gempa bumi bawah laut. Hal ini menimbulkan gelombang laut pasang yang sangat besar, yang lazim disebut tidal waves.

Wilayah rawan bencana tsunami ditentukan berdasarkan sejarah kejadian tsunami, bentuk atau morfologi pantai, dan berhadapan langsung dengan sumber gempa bumi penyebab tsunami. Karakteristik gempa bumi yang memicu terjadinya gelombang tsunami akan menentukan besar atau kecilnya gelombang tsunami tersebut. 

Selain itu, besar atau kecilnya gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk atau morfologi pantai dan karakteristik sumber gangguan impulsif yang ditimbulkannya. Karakteristik gelombang tsunami meliputi, magnitudo, kedalaman pusat gempa, energi, luas rupture area, mekanisme fokus, dan kedalaman pusat gempa.

Berdasarkan statistik terjadinya tsunami di dunia, Jepang tercatat pada posisi teratas, sementara Indonesia berada di posisi keempat. Wilayah rawan tsunami di Indonesia meliputi 18 wilayah provinsi yang tersebar dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga Fakfak di Papua. 

Bencana Alam yang disebabkan oleh Dinamika Atmosfer

Atmosfer merupakan lapisan gas yang melingkupi sebuah planet. Beberapa bencana alam yang dapat terjadi karena dinamika atmosfer adalah sebagai berikut:

  • Tornado

Tornado merupakan pusaran udara berbentuk corong spiral yang bergerak sangat cepat. Kecepatan tornado bisa berkisar antara 72 Km/jam–400 Km/jam, lho, Pahamifren. Makanya tornado bisa menyebabkan korban jiwa dan kerusakan harta benda. Tornado ini jarang terjadi di Indonesia.

  • Kekeringan

Kekeringan merupakan peristiwa saat ketersediaan air yang ada jauh di bawah kebutuhan air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Penyebab kekeringan ada beberapa hal, yaitu kurangnya curah hujan, berkurangnya persediaan air tanah, konsumsi air yang berlebihan, rendahnya pasokan air permukaan, dan kerusakan sumber-sumber air.

Bencana alam kekeringan termasuk cukup sering terjadi di Indonesia dan dapat menimbulkan berbagai dampak seperti kelaparan, kebakaran hutan, wabah penyakit, kerusakan tanah, gagal panen, sampai punahnya hewan dan tumbuhan.

  • Badai Tropis

Badai tropis atau yang sering juga disebut sebagai siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala luas. Siklon tropis biasanya terjadi di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif.

Badai ini memiliki kecepatan angin maksimum 34 knot. Putaran angin semakin kencang pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, dan dapat bertahan selama berjam-jam (setidaknya enam jam). Dampak badai tropis dapat berupa hujan deras berjam-jam hingga berhari-hari, angin kencang, gelombang tinggi, banjir, dan gelombang badai.

Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah peristiwa terbakarnya hutan, baik akibat proses alam maupun akibat aktivitas manusia. Umumnya, kebakaran hutan terjadi pada musim kemarau saat cuaca sedang panas. Kebakaran ini bisa disebabkan oleh gas metana yang keluar dari singkapan batu bara pada lahan gambut, sambaran petir, dan lava pijar dari letusan gunung berapi.

Kebakaran hutan dapat disebabkan juga oleh aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan. Dampak dari kebakaran hutan adalah polusi udara, iritasi pada mata, infeksi saluran pernapasan, dan lain sebagainya.

Mitigasi Bencana

Setelah memahami tentang bencana alam, kini saatnya kamu mengetahui apa itu penanggulangan bencana alam atau mitigasi bencana. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007, kegiatan mitigasi bencana merupakan kegiatan yang bersifat struktural dan non-struktural yang dilakukan untuk menanggulangi risiko bencana.

Contoh mitigasi bencana alam bersifat struktural atau fisik, antara lain:

  • Pembangunan sistem peringatan dini
  • Pembangunan sarana prasarana
  • Pengelolaan lingkungan untuk mengurangi risiko bencana

Contoh mitigasi bencana alam bersifat non-struktural atau nonfisik, antara lain:

  • Penyusunan peraturan perundang-undangan
  • Penyusunan peta rawan bencana
  • Penyusunan pada risiko bencana
  • Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
  • Penyusunan tata ruang
  • Pendidikan dan penyuluhan
  • Penyadaran masyarakat

Manfaat Mitigasi Bencana

Ada beberapa manfaat mitigasi bencana, di antaranya:

  1. Mengurangi risiko bencana terhadap penduduk dalam bentuk korban jiwa, kerusakan sumber daya alam, dan kerugian ekonomi.
  2. Menjadi landasan untuk perencanaan pembangunan.
  3. Meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menghadapi dan mengurangi dampak serta risiko bencana, agar masyarakat dapat hidup dengan aman.

Tujuan Mitigasi Bencana

Tujuan tindakan mitigasi bencana alam dilakukan, yaitu:

  1. Meminimalisir risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana, khususnya bagi penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi, dan kerusakan sumber daya alam.
  2. Sebagai landasan atau pedoman bagi pemerintah dalam membuat perencanaan pembangunan di suatu tempat.
  3. Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi risiko dan dampak bencana, agar masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.

Dasar Perencanaan Mitigasi Bencana

Dalam proses mitigasi bencana, diperlukan banyak informasi untuk menjadi dasar perencanaan mitigasi bencana. Informasi-informasi tersebut biasanya diperoleh dari jurnal penanggulangan bencana alam, riset langsung, atau sumber lainnya. Adapun informasi yang dibutuhkan untuk membuat dasar perencanaan mitigasi bencana adalah sebagai berikut:

Bagaimana perencanaan mitigasi bencana alam di Indonesia? Sudah tepatkah upaya penanggulangan bencana alam selama ini?
  1. Lokasi dan kondisi geografis wilayah bencana serta perkiraan jumlah penduduk yang terkena bencana
  2. Jalur transportasi dan sistem telekomunikasi
  3. Ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi, bahan makanan, tempat penampungan, dan jumlah korban
  4. Tingkat kerusakan, tenaga kesehatan, peralatan medis, dan obat-obatan
  5. Lokasi pengungsian dan jumlah penduduk yang mengungsi
  6. Perkiraan jumlah korban yang meninggal dan hilang
  7. Ketersediaan relawan dalam berbagai bidang keahlian

Siklus Manajemen Bencana

Siklus manajemen bencana menggambarkan proses-proses berkelanjutan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, lembaga swasta, serta masyarakat dalam membuat perencanaan untuk mengurangi dampak bencana, menanggapi bencana yang terjadi, dan melakukan langkah-langkah pemulihan pascabencana.

Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam manajemen bencana ini bermuara pada kesiapan menghadapi bencana alam yang lebih baik, berkurangnya kerentanan wilayah, dan terbentuknya sistem peringatan bencana yang lebih akurat.

Siklus manajemen bencana terdiri dari empat fase dan tiap fase tersebut bersifat saling melengkapi dan tumpang tindih. Keempat fase tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mitigasi atau upaya meminimalkan dampak bencana. Fase ini biasanya terjadi berbarengan dengan fase pemulihan dari bencana sebelumnya. Seluruh kegiatan dalam fase mitigasi ini ditujukan agar dampak dari bencana yang serupa tidak terulang. Misalnya, pada mitigasi bencana gempa bumi, masyarakat dihimbau untuk menghindari tempat rawan gempa bumi dan menaati aturan penggunaan lahan yang ditetapkan pemerintah.
  2. Kesiapsiagaan atau upaya perencanaan terhadap cara merespons kejadian bencana. Pada fase ini, perencanaan dibuat oleh lembaga penanggulangan bencana dan tidak hanya berkisar pada bencana yang pernah terjadi di masa lalu, tapi juga untuk berbagai jenis bencana lain yang mungkin terjadi.
  3. Respon atau upaya meminimalkan bahaya dari bencana. Fase ini berlangsung sesaat setelah terjadinya bencana, dimulai dari mengumumkan kejadian bencana serta proses mengungsikan masyarakat yang terdampak bencana.
  4. Pemulihan atau upaya pengembalian kondisi masyarakat hingga seperti semula, sebelum terjadinya bencana. Pada fase ini tugas utama yang dilakukan oleh masyarakat dan petugas adalah menyediakan tempat tinggal sementara bagi korban bencana dan membangun kembali sarana serta prasarana yang rusak akibat bencana.

Nah, itu dia ulasan Materi Geografi Kelas 11 mengenai Penanggulangan Bencana Alam. Bagi kamu yang ingin mendapatkan akses materi belajar online menarik lainnya, kamu bisa mengunduh platform belajar online Pahamify. Ada ratusan materi belajar berkonsep gamifikasi dari Pahamify yang dijamin membuat proses belajar kamu jadi lebih seru dan tidak membosankan.

Khusus buat kamu yang ngambis masuk PTN favorit, kamu bisa mencoba latihan soal UTBK melalui fitur Try Out Online Gratis Pahamify. Ada ratusan latihan soal UTBK ter-update yang bisa kamu coba.

Tunggu apalagi? Download Pahamify sekarang juga dan manfaatkan seluruh fiturnya sebagai #TemanPersiapanUTBK terbaik! Jangan lupa, cek promo menarik lainnya dari Pahamify di sini.

Penulis: Salman Hakim Darwadi

One Comment on “Geografi Kelas 11: Penanggulangan Bencana Alam

HARI MUKTI AJI
October 2, 2021 at 8:53 am

Izin berkomentar , benar mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *