Categories: Bahasa

Cerita Nonfiksi

Temen-temen pasti udah baca artikel Cerita Fiksi di blog Pahamify ini, kan? Kalau begitu kamu sedikitnya pasti udah paham perbedaan antara cerita fiksi dan nonfiksi, ya. Iya, kamu benar. Perbedaan utama cerita fiksi dan nonfiksi terutama terletak pada penggunaan imajinasi, khayalan atau rekaan pengarang yang membangun cerita. Sekalipun cerita fiksi dan cerita nonfiksi sama-sama menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai sumber tulisannya, tapi keduanya mempergunakan cara yang berbeda dalam mengolah fakta dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam cerita nonfiksi, penulis harus menggunakan dan menyajikan fakta dan peristiwa sesuai dengan kebenarannya, tidak boleh dicampuradukkan dengan imajinasi, khayalan atau rekaan penulisnya. Oleh karena itu, kaidah penulisannya lebih ketat dibandingkan cerita fiksi karena cerita ini harus menyampaikan kebenaran secara faktual, jelas, dan akurat. Nah, biar kalian lebih paham mengenai cerita nonfiksi ini, kalian simak dengan saksama artikel ini, ya, temen-temen.

Pengertian Cerita Nonfiksi

Cerita nonfiksi merujuk pada setiap tulisan yang bersifat informatif, yang penulisnya bertanggung jawab atas kebenaran dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disampaikannya. Oleh karena itu, dalam penulisannya, dibutuhkan penelitian ketat berdasarkan informasi atau data dan fakta mengenai hal yang akan ditulis. Hal ini perlu diperhatikan karena cerita ini biasanya digunakan sebagai sumber atau bahan rujukan informasi para pembacanya. Bahasa yang digunakan dalam ceritanya juga harus logis dan dapat diterima nalar pembaca.

Ciri-Ciri Cerita Nonfiksi

Pertama-tama, cerita nonfiksi memiliki ciri ditulis berdasarkan realitas, fakta atau kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting karena ceritanya harus menyajikan informasi-informasi yang faktual dan dapat dipercaya oleh pembacanya. Ciri kedua adalah cerita ini menggunakan bahasa formal, sesuai dengan kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Ciri berikutnya adalah cerita ini menggunakan bahasa denotatif atau sesuai dengan makna aslinya, terbatas dan tidak bermakna ganda. Hal ini dilakukan agar tafsir pembaca sesuai dengan makna yang hendak disampaikan oleh sang penulis. Sekalipun dua ciri penggunaan bahasa cerita nonfiksi tersebut merupakan ciri yang menonjol, tapi sebenarnya batasan ini tidak ketat. Ada beberapa tulisan nonfiksi yang dapat menggunakan bahasa yang lebih santai seperti blog catatan perjalanan, buku motivasi, dan buku referensi atau yang menggunakan bahasa sastrawi seperti jurnalisme sastra. Meskipun menggunakan bahasa santai atau bahasa sastrawi, tapi bila informasi serta fakta yang disampaikan dalam tulisan tersebut valid, maka penulisan dengan kedua jenis bahasa tersebut diperbolehkan.

Ciri berikutnya, sebuah cerita nonfiksi selalu berupaya mencapai objektivitas yang tinggi. Upaya ini dilakukan agar data dan fakta yang sampai ke pembaca sesuai dengan kebenarannya, tidak dipengaruhi subjektivitas penulis. Nah, ciri terakhirnya adalah menyajikan penemuan baru atau menyempurnakan penemuan yang sudah ada. Hal ini dilakukan karena informasi mengenai suatu penelitian selalu melibatkan penemuan baru, yang sebelumnya luput dan/atau bersifat menambah informasi tersebut mengenai penelitian tersebut.

Pembagian Cerita Nonfiksi

Cerita nonfiksi dibagi menjadi dua, yaitu nonfiksi murni dan nonfiksi kreatif. Perbedaan keduanya terletak pada cara penyajian data dalam penulisannya. Bila dalam nonfiksi murni data disajikan secara otentik, sesuai dengan kebenarannya, dalam nonfiksi kreatif, penulis menggunakan imajinasi yang ketat sesuai dengan data otentik yang ia punya agar cerita jadi lebih menarik dan enak untuk dibaca.

Contoh dari nonfiksi kreatif ini di Indonesia dapat dilihat dari jurnalisme sastra. Dalam jurnalisme sastra, seorang jurnalis akan menggunakan gaya kepenulisan dan bahasa sastrawi, sehingga tulisan-tulisan nonfiksi yang kita baca tersebut menyerupai karya prosa (cerpen atau novel). Hal ini dilakukan biasanya agar tulisan berita tersebut, selain dapat menyentuh pikiran atau nalar pembaca, juga dapat menyentuh emosi pembaca dan agar pembaca mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang daerah atau tokoh tertentu.

Contoh Cerita Nonfiksi

Berikut adalah contoh karangan nonfiksi yang sering kita temui, temen-temen:

  1. Otobiografi
  2. Esai
  3. Opini
  4. Memoar
  5. Junal
  6. Biografi
  7. Buku pedoman
  8. Karya tulis ilmiah (skripsi, tesis, disertasi)
  9. Buku pelajaran
  10. Ensiklopedia
  11. Pidato
  12. Artikel
  13. Feature
  14. Kolom
  15. Resensi, dan lain sebagainya.

Manfaat Membaca Cerita Nonfiksi

Membaca cerita nonfiksi itu banyak banget manfaatnya, loh, temen-temen. Manfaat yang pertama tentu saja cerita ini berguna untuk mengisi waktu luang kita. Kalau kamu punya waktu luang, membaca cerita ini tidak kalah mengasyikkannya dengan membaca cerita fiksi teman-teman. Saat kita membaca ceritanya, secara otomatis kita juga memperluas wawasan kita. Karena cerita ini ditulis berdasarkan informasi atau data faktual, jelas, dan akurat, kita mendapatkan banyak pengetahuan baru saat membaca buku-buku nonfiksi. Hal ini turut membantu kita dalam mengembangkan diri kita. Saat kita membaca buku nonfiksi, bukan hanya pengetahuan kita saja yang bertambah, tetapi kita juga bisa jadi mengikuti cara hidup yang lebih sehat, yang turut memengaruhi psikologis dan jasmani kita, setelah membaca buku nonfiksi.

Selain itu, saat kita membaca buku nonfiksi, kita juga sebenarnya sedang melatih konsentrasi kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena buku-buku nonfiksi dibangun berdasarkan logika yang ketat karena harus memberikan kebenaran yang sesuai dengan fakta dan data, logika kita juga jadi ikut terlatih berpikir lebih baik lagi. Membaca buku nonfiksi juga membuat kita melatih ingatan kita agar tidak cepat lupa atau pikun karena kita jadi terlatih mengingat informasi-informasi faktual yang terdapat dalam buku nonfiksi yang kita baca, yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Manfaat lainnya dari buku nonfiksi adalah kita juga jadi terlatih untuk berkomunikasi lebih baik lagi karena, baik disadari atau tidak, kita jadi lebih paham bagaimana menulis dan menyampaikan ide dalam sebuah tulisan atau dalam percakapan sehari-hari.

Gimana, temen-temen, sekarang kalian udah paham kan apa itu cerita nonfiksi? Kalau kalian masih ingin belajar lebih jauh atau materi pelajaran lainnya yang belum kalian pahami, cepetan kamu buka Google Play atau App Store trus cari, deh, aplikasi Pahamify.

Kalau udah ketemu, kamu tinggal unduh dan langganan Pahamify supaya kita bisa belajar bersama-sama dengan cara yang seru dan mengasyikkan, temen-temen. Sampai jumpa di artikel lainnya, ya.

Penulis: Salman Hakim Darwadi


Aditya Perdana Putra

View Comments

Share
Published by
Aditya Perdana Putra

Recent Posts

Materi SNBT 2023 dan Perubahan Seleksi Masuk PTN

https://youtu.be/MVsI9FBvRcw 8 Mei 2023. adalah hari ke 128 di tahun 2023. Diumumkan sebagai jadwal tentatif UTBK untuk seleksi masuk PTN.…

2 years ago

Ambis Persiapan SNMPTN Sejak Dini 

Kegiatan akademik tahun ajaran 2022/2023 baru saja dimulai, tapi Pahamifren merasa kok temen-temennya sudah pada ambis buat SNMPTN?! Atau jangan-jangan…

3 years ago

Supaya PTM Sekolahmu Tidak Dihentikan 

Pahamifren sudah ada yang masuk kembali ke sekolah? Bagaimana rasanya belajar dan berkumpul langsung dengan teman-teman? Mipi yakin pasti seru…

3 years ago

Flash Sale 7.7, Paket Belajar Pahamify Diskon 77%

Periode Promo: 7 Juli - 10 Juli 2022 Halo, Pejuang PTN 2023! Gimana, udah mulai persiapan untuk hadapi UTBK SBMPTN…

3 years ago

Tips Persiapan Kuliah Merantau untuk Mahasiswa

Saat kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikanmu ke jenjang perguruan tinggi, kamu bukan hanya harus memikirkan program studi (prodi) apa yang…

3 years ago

Kenal Lebih Dalam Istilah PTS, PAS, dan PAT

Halo, Pahamifren! Kamu pasti udah ngga asing dengan istilah UH (Ulangan Harian), UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (Ujian Akhir Semester),…

3 years ago