Hai, Pahamifren! Coba kamu baca teks di bawah ini.
“Vaksin Penyebab Autis.
Buat pasangan muda, om, tante, yang punya keponakan, atau bahkan calon ibu. Perlu nih dibaca tentang autisme, bisa di-share kepada yang masih punya anak kecil supaya berhati-hati.
Tahun 1998, dr. Andrew Wakefield dan rekannya melakukan penelitian dengan sampel delapan orang anak yang mengalami gejala awal autisme setelah menerima imunisasi MMR satu bulan sebelumnya. Selain itu, pada delapan anak ini juga ditemukan adanya gangguan pencernaan. Selanjutnya dilakukan endoskopi dan ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening saluran pencernaan. dr. Andrew kemudian berkesimpulan bahwa vaksin MMR menyebabkan peradangan pada usus, sehingga protein yang seharusnya tidak berada di aliran darah bisa masuk dan mengalir sampai ke otak, di mana protein ini menyebabkan gangguan perkembangan.
Selain itu pada penelitian lain ditemukan bahwa thimesoral, senyawa etilmerkuri yang terdapat pada vaksin, merupakan zat toksin bagi sistem saraf manusia. Pada penelitian lain juga ditemukan bahwa pemberian vaksin yang bersamaan dapat melemahkan sistem imun tubuh yang berujung pada autisme yang diderita anak.
Vaksin telah terbukti menjadi penyebab autis berdasarkan penelitian yang dilakukan sejak tahun 1998. Oleh karena itu, waspadalah terhadap pemberian vaksin kepada anak.”
Kamu tentunya sering membaca teks hoaks seperti ini. Setiap hari, ada saja teks hoaks yang menyebar melalui berbagai media. Facebook, twitter, instagram, bahkan grup whatsapp keluarga pun tak luput dari jaringan penyebaran hoaks. Pilihan kata yang mengandung ajakan atau bujukan, ditambah dengan berbagai istilah-istilah rumit yang membuat teks tersebut dipercaya.
Teks yang ditulis dengan tujuan untuk memengaruhi pembaca, baik itu mengajak, membujuk, atau menyuruh pembaca agar melakukan apa yang diharapkan oleh penulis disebut sebagai teks persuasif. Namun, apakah teks hoaks seperti teks di atas dapat disebut sebagai teks persuasif? Eits, tunggu dulu.
Teks persuasif memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya :
Selain ciri-ciri di atas, teks persuasif juga memiliki beberapa kaidah kebahasaan, di antaranya :
Nah, dari penjelasan tadi, tentunya kita tidak dapat mengategorikan teks hoaks sebagai teks persuasif karena tidak memiliki sumber fakta yang valid. Lalu, tes seperti apa yang bisa dikategorikan sebagai teks persuasif? Mari lihat contoh berikut.
2020 masih percaya sama hoaks kesehatan?
Pada tahun 2004, rekan-rekan dr. Andrew menyatakan akan menarik kembali tulisan tersebut, namun dr. Andrew tetap bersikukuh untuk mempertahankan penelitiannya. dr. Andrew bahkan tidak berani ketika diminta untuk mengulangi kembali penelitiannya agar didapat hasil yang valid.
Jurnalis Inggris, Brian Deer, adalah orang pertama yang membuka fakta-fakta pemalsuan dan kesalahan dalam penelitian itu. Setelah melakukan penyelidikan selama 7 tahun, Brian menyimpulkan bahwa dr. Andrew dan rekannya mengubah pernyataan dan rekam medis pasien agar sesuai dengan hasil penelitiannya. Dalam penyielidikan tersebut juga terungkap bahwa institusi yang menaungi dr. Andrew, Royal Free Hospital and Medical School, mendukung tindakan dr. Andrew agar mendapatkan keuntungan finansial dari hasil tuntutan kepada produsen vaksin yang berdasar atas keluhan autisme pada anak yang menerima imunisasi MMR.
Saat ini, izin praktik dr. Andrew sudah dicabut, begitu pula kredensial akademik dan klinisnya. The Lancet, majalah dimana penelitian ini diterbitkan, mencabut publikasi penelitian ini pada tahun 2010, dan tahun berikutnya British Medical Journal menyatakan bahwa penelitian ini merupakan penipuan yang disengaja dengan dampak yang besar terhadap kesehatan masyarakat global.
Semua negara melakukan imunisasi rutin. Ahli-ahli di 194 negara yang mengawasi program imunisasi di negara masing-masing menyatakan bahwa imunisasi terbukti bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat atau kematian akibat penyakit menular tertentu. Oleh karena itu sampai saat ini imunisasi dilakukan secara rutin di seluruh dunia.
Hoaks terkait “Vaksin menyebabkan autisme” ini tersebar sekitar tahun 2008, dan masih terus berantai dibagikan melalui pesan maupun di media sosial. Kementerian Kesehatan telah memberikan klarifikasi dan penjelasan terkait hal ini pada tahun 2015.
Ayo jadi masyarakat anti hoaks dengan menelusuri terlebih dahulu informasi yang didapat. Jangan sampai pesan yang kita bagikan ternyata akan merugikan orang lain karena informasinya salah.
Nah, sudah paham kan, bagaimana contoh teks persuasif yang benar? Kalau masih penasaran, kamu bisa membaca penjelasan yang lebih detail mengenai teks persuasif yang tentunya dibahas lebih lengkap dan seru melalui video pembelajaran di aplikasi belajar online Pahamify. Yuk, download dan langganan Pahamify sekarang!
https://youtu.be/MVsI9FBvRcw 8 Mei 2023. adalah hari ke 128 di tahun 2023. Diumumkan sebagai jadwal tentatif UTBK untuk seleksi masuk PTN.…
Kegiatan akademik tahun ajaran 2022/2023 baru saja dimulai, tapi Pahamifren merasa kok temen-temennya sudah pada ambis buat SNMPTN?! Atau jangan-jangan…
Pahamifren sudah ada yang masuk kembali ke sekolah? Bagaimana rasanya belajar dan berkumpul langsung dengan teman-teman? Mipi yakin pasti seru…
Periode Promo: 7 Juli - 10 Juli 2022 Halo, Pejuang PTN 2023! Gimana, udah mulai persiapan untuk hadapi UTBK SBMPTN…
Saat kamu memutuskan untuk melanjutkan pendidikanmu ke jenjang perguruan tinggi, kamu bukan hanya harus memikirkan program studi (prodi) apa yang…
Halo, Pahamifren! Kamu pasti udah ngga asing dengan istilah UH (Ulangan Harian), UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (Ujian Akhir Semester),…