Close

June 26, 2020

Contoh Soal & Pembahasan TPS UTBK: Penalaran Umum (2)

cara ampuh menguasai materi UTBK 2021 dengan belajar aktif secara mental dan latihan soal

Halo Pahamifren! Gimana nih kabarnya? Sehat? Di tengah pandemi yang belum kunjung usai ini, penting banget buat kita jaga kesehatan. Tapi jaga semangat juga penting loh! Apalagi aktivitas kita saat ini masih dibilang terbatas meskipun sudah perlahan menjadi seperti sedia kala.

Buat kamu yang bentar lagi mau menghadapi UTBK, ini saat yang tepat untuk kamu siapin diri buat naklukin soal-soal yang ada di UTBK. Salah satunya adalah soal TPS jenis penalaran umum. Jenis soal ini bakalan mengasah kamu dalam mempelajari studi kasus yang tertera dalam sebuah teks panjang.

Untuk itu, penting banget buat kita ngenalin soal penalaran umum supaya kamu bisa memecahkan permasalahan dalam sebuah studi kasus. Contoh soalnya bisa kamu pelajarin di bawah ini! Langsung aja yuk kita liat kaya gimana soal dan pembahasannya!


Bacalah teks di bawah ini dengan saksama!

Penggunaan telepon seluler/smartphone secara berlebihan lebih rentan mengakibatkan gangguan kesehatan, antara lain sakit kepala, kelelahan, gangguan konsentrasi, sulit tidur, dan masalah pendengaran (Takao, 2014). Penggunaan telepon seluler/smartphone yang tinggi dapat menyebabkan gangguan tidur sehingga dapat mengakibatkan timbulnya kecemasan bahkan depresi (Thomee dkk, 2011 dan Adams & Kisler, 2013). Selain itu, menurut Jenaro, dkk (2007), penggunaan telepon seluler/smartphone yang tersambung dengan jaringan internet mengakibatkan gejala insomnia pada mahasiswa. Semakin lama seseorang menggunakan gadget pada malam hari, maka semakin sulit untuk tertidur (National Sleep Foundation, n.d). Gejala sulit untuk tertidur biasa disebut dengan insomnia.

Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 persen, yang berarti 28 juta orang dari total 237 juta penduduk di Indonesia menderita insomnia (Amir, 2010). Apabila jumlah penderita insomnia ini semakin tahun semakin bertambah, maka akan menyebabkan kerugian bagi penderitanya. Kerugian tersebut diantaranya dapat menyebabkan kantuk di siang hari dan kelelahan (Moul dkk, 2002 dan Fortier-Brochu dkk, 2010), berkurangnya gerak psiko-motor (Edinger dkk, 2008), dan gangguan kognitif lainnya (Altena dkk, 2008). Selain itu, meskipun belum ada penelitian yang mengungkapkan hubungan secara langsung antara insomnia dengan peningkatan risiko kecelakaan lalu lintas, tetapi efek residu hipnotik keesokan harinya akibat insomnia dapat menyebabkan kerusakan substansial dalam fungsi psikomotor sehingga memungkinkan terjadinya kecelakan saat berkendara (Menzin dkk, 2001).

Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (2017), hampir separuh dari total pengguna internet (dengan mengakses gadget) di Indonesia merupakan masyarakat dalam kelompok usia 19-34 tahun (49,52 persen). Sehingga, berdasarkan data tersebut, penelitian ini dilakukan pada responden dalam kelompok usia 19-34 tahun yang berstatus mahasiswa. Dampak insomnia bagi mahasiswa sangat merugikan, seperti dapat mengakibatkan mahasiswa berpikir lebih lambat, membuat banyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Jika hal tersebut terus terjadi pada mahasiswa, maka akan menurunkan konsentrasi belajar sehingga dapat menurunkan prestasi mahasiswa dalam hal akademik. Olii, dkk (2018) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian insomnia dengan konsentrasi belajar pada mahasiswa. Selain itu, National Sleep Foundation (n.d) menyatakan bahwa insomnia dapat menyebabkan seseorang menjadi cepat marah, tidak sabar, gelisah, dan depresi.

Dari penelitian yang dilakukan pada 1.500 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memiliki gadget, diketahui terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara penggunaan gadget dan insomnia pada tingkat signifikan 5 persen (Ramly, 2014). Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti melakukan survei secara acak yang dilakukan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat tahun angkatan 2015, 2016, dan 2017, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada tanggal 29–30 November 2017 sebanyak 44 mahasiswa. Didapatkan hasil bahwa dari 26 (59,09 persen) mahasiswa menggunakan gadget sebelum tidur selama ≥ 35 menit, 10 (38,5 persen) mahasiswa diantaranya tidak mengalami gejala insomnia dan 16 (61,5 persen) mahasiswa diantaranya mengalami insomnia.

(Dikutip dengan perubahan. Sumber: A’yun, Sofia Qurrotu. 2018. “Hubungan Lama Penggunaan Gadget Sebelum Tidur dengan Gejala Insomnia pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.)

1. Berdasarkan teks di atas, manakah pernyataan di bawah ini yang kurang tepat?

a. Mengakses gadget yang tersambung ke dalam internet dapat menimbulkan gejala sulit untuk tertidur atau biasa disebut dengan insomnia.
b. Terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
c. Menggunakan smartphone terlalu lama dapat langsung menimbulkan masalah mental yang serius seperti gangguan kecemasan bahkan depresi.
d. Pada tahun 2017, hampir setengah dari total masyarakat Indonesia yang menggunakan internet berada dalam kelompok usia 19 hingga 34 tahun.
e. Secara tidak langsung, insomnia dapat menyebabkan pelajar kehilangan daya konsentrasi dan menurunkan prestasi dalam hal akademik.

2. Di bawah ini yang bukan termasuk kerugian dari penderita insomnia adalah…

a. Kantuk di siang hari
b. Kelelahan
c. Gerak psikomotor menjadi aktif
d. Sakit kepala
e. Gangguan kognitif

3. Berdasarkan paragraf ke-4, pernyataan yang SALAH adalah…

a. Survei acak dilakukan pada tahun 2015, 2016, dan 2017.
b. Tingkat signifikan antara penggunaan gadget dan insomnia tidak lebih dari 5 persen.
c. Survei dilakukan kepada 44 mahasiswa.
d. Selisih mahasiswa yang tidak mengalami gejala insomnia dan mahasiswa yang mengalami insomnia jumlahnya tidak lebih dari 24 persen.
e. Terdapat hubungan antara antara penggunaan gadget dan insomnia.

Pembahasan

1. Berdasarkan informasi dari paragraf 1, hal yang dapat menyebabkan kecemasan dan depresi adalah gangguan tidur dan bukan penggunaan smartphone. Jadi, pernyataan pada opsi C kurang tepat.

Jadi, jawabannya adalah C

2. Dapat dilihat di paragraf kedua, penderita insomnia mengalami beberapa kerugian, antara lain menyebabkan kantuk di siang hari dan kelelahan, berkurangnya gerak psikomotor, dan gangguan kognitif lainnya. Seharusnya gerak psikomotor menjadi berkurang bukan menjadi aktif.

Jadi, jawaban yang benar adalah C.

3. Berdasarkan paragraf ke-4 opsi A adalah pernyataan yang salah. Apabila dilihat dari kalimat ke-2, angka 2015, 2016, dan 2017 bukanlah tahun diadakannya survei, melainkan angkatan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat yang dijadikan subjek/data penelitian tersebut. Sementara itu, survei ini dilaksanakan pada tahun 2017.

Jadi, jawabannya adalah A.

Contoh soal ini adalah satu dari sekian banyak soal yang bisa kamu cobain di tryout UTBK Pahamify. Kalau kamu pengen persiapin diri sekaligus mengenali soal-soal seperti apa yang bakal keluar di UTBK nanti, ikutan aja tryout online UTBK Pahamify yang diadain secara rutin. 

Selain itu, kamu bisa persiapin diri lagi dengan belajar melalui berbagai fitur dani video pembelajaran yang keren dan bikin cepet ngerti dari Pahamify. Buruan download dan berlangganan aplikasi Pahamify supaya kamu bisa nikmatin semuanya secara lengkap!


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *