Siapa nih di antara Pahamifren yang senang membaca dan menulis cerpen? Cerita pendek (Cerpen) memang menarik untuk dibaca. Bukan sembarang cerita, sang penulis biasanya memiliki pesan tersendiri yang disematkan pada cerpen karangannya. Nah, pada materi Bahasa Indonesia kelas 11 ini, Mipi akan mengajak kamu membahas tentang nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen. Simak baik-baik artikel ini ya.
Apa yang Dimaksud dengan Cerpen?
Berbicara cerpen tentu tak bisa lepas dari karya sastra. Ada tiga genre yang diusung dalam karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama. Nah, cerpen termasuk dalam genre prosa pahamifren. Serupa dengan novel, cerpen juga memiliki bentuk fiksi naratif atau teks naratif.
Berdasarkan panjangnya, cerpen dapat dibagi menjadi tiga, yaitu cerpen yang pendek (short short story), cerpen yang panjangnya sedang (middle short story), dan cerpen yang lumayan panjang (long short story).
Cerpen yang pendek memiliki jumlah kata sekitar 500-an, cerpen yang panjangnya sedang (cukupan) memiliki jumlah kata di atas 500 kata. Sedangkan cerpen panjang memiliki jumlah ribuan atau bahkan sampai puluhan ribu kata.
Karena sifat cerpen yang cenderung ringkas, penulis cerpen dituntut untuk menyajikan cerita dalam bentuk yang padat, tanpa menambah elemen atau detail khusus yang memperumit cerita. Namun, karena sifat ceritanya yang ringkas, cerpen memiliki kekhasan dalam mengungkapkan lebih banyak hal secara implisit, dari yang sekadar diceritakan.
Di Indonesia, pengarang cerpen umumnya mempublikasikan karya mereka di media massa cetak atau daring yang memiliki rubrik cerpen. Namun, seiring bekembangnya teknologi internet, pengarang cerpen Indonesia juga mempublikasikan karya mereka di blog atau media sosial masing-masing.
Contoh cerpen-cerpen populer di Indonesia, di antaranya “Singgah di Sirkus” karya Nukila Amal, “Kuda Terbang Maria Pinto” karya Linda Christanty, “Orang-Orang Bloomington” karya Budi Darma, “Sambal dan Ranjang” karya Tenni Purwanti, “Divisi Doa Tak Berjawab” karya Norman Erikson Pasaribu, dan “Setiap Anjing Boleh Berbahagia” karya Eka Kurniawan. Jika kamu amati, masing-masing penulis selalu memiliki cara menarik dalam menempatkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen karyanya.
Pengertian Cerpen Menurut Para Ahli
Berikut adalah beberapa pengertian cerpen menurut para ahli yang bisa kamu jadikan referensi:
- H.B Jassin mendefinisikan cerpen sebagai cerita singkat yang harus memiliki alur pengenalan, pertikaian, dan penyelesaian.
- Sumardjo dan Saini mendefinisikan cerpen sebagai cerita fiksi, tapi bisa terjadi kapan pun dan di mana pun, sebagai cerita yang relatif pendek dan singkat.
- Nugroho Notosusanto mendefinisikan cepen sebagai cerita yang panjangnya berkisar 500 kata dan berpusat pada diri penulisnya atau hanya pada satu tokoh.
- Edgar Allan Poe mendefinisikan cerpen sebagai sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.
Nilai Dalam Cerpen
Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen ini biasanya mampu menggugah emosi dari pembacanya lho. Kamu pernah kan merasa baper setelah membaca cerpen? Kenapa bisa begitu?
Karena di dalam cerpen ini terkandung nilai tersendiri. Penulis sengaja menyisipkan banyak pelajaran dalam cerpen karangannya, misalnya nilai moral, nilai sosial, nilai budaya bahkan nilai politik juga bisa disematkan dalam cerpen.
Contoh Nilai Dalam Cerpen
Banyak contoh yang bisa kamu dapatkan, misalnya saat kamu membaca cerpen populer berjudul “Ke Solo, Ke Njati” karya Umar Kayam. Cerpen ini menceritakan tentang seorang ibu bersama tiga orang anaknya yang hendak pulang kampung. Coba kamu perhatikan kutipan cerpen “Ke Solo, Ke Njati” ini:
“Karcis yang dibelinya dari calo, seperti kemarin, memang sudah di tangan. Tetapi, orang-orang itu kok malah jauh lebih banyak dari kemarin. Bahkan lebih beringas. Dia dan anak-anaknya dengan genteyongan barang mereka seperti kemarin, ditarik, didesak, digencet, sehingga akhirnya tersisih jauh ke pinggir lagi.”
Dari kutipan cerpen di atas, kamu bisa menemukan nilai yang terkandung di dalamnya kan? Jadi, Umar Kayam dalam cerpen ini menceritakan bagaimana suasana orang ketika pulang kampung. Fenomena dorong-dorongan masuk bus menggambarkan betapa manusia memiliki sisi egoisnya masing-masing.
Mereka nggak peduli pada orang di sekitarnya demi mengejar tujuan masing-masing. Tokoh seorang ibu dan tiga anak yang membawa banyak barang pada cerpen ini mengundang rasa simpatik bagi pembacanya. Selain nilai moral, cerpen ini juga mengandung nilai sosial kemanusiaan.
Ciri-Ciri Cerpen
Berikut adalah ciri-ciri cerpen, antara lain:
- Cerpen hanya memiliki satu plot.
- Ceritanya ringkas dan dapat dibaca dalam sekali duduk.
- Cerita dalam cerpen biasanya mengenai kehidupan sehari-hari.
- Cerpen tidak memiliki tokoh sebanyak novel.
- Penokohan dalam cerpen biasanya sederhana.
- Jumlah kata dan halaman cerpen lebih pendek dari novel, yaitu kurang dari 10.000 kata.
Struktur Teks Pada Cerpen
Struktur teks cerpen terdiri dari:
Orientasi (Exposition)
Pada tahapan ini, pengarang cerpen mulai memperkenalkan tokoh, latar hubungan para tokoh, latar waktu, latar peristiwa, dan latar tempat cerita berlangsung. Tahap orientasi ini berfungsi untuk memberikan gambaran dan konteks cerita dalam cerpen pada para pembacanya.
Pengungkapan Peristiwa
Pada tahap pengungkapan peristiwa, pengarang mulai menceritakan situasi yang menjadi musabab dari konflik atau permasalahan yang dihadapi oleh tokoh dalam cerpen. Sesuai dengan ciri cerpen yang hanya menyajikan satu plot, biasanya konflik dalam cerpen ini bisa langsung dipahami oleh pembaca, dibandingkan dalam novel yang memiliki lebih banyak plot dan konflik. Di bagian inilah penulis biasanya mulai memperkenalkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen karangannya.
Peningkatan Konflik (Rising Conflict)
Sesuai dengan namanya, pada tahapan ini pengarang mulai meningkatkan konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam cerpennya. Biasanya peningkatan konflik ini terjadi setelah beberapa kejadian atau peristiwa terungkap dalam cerpen. Tahapan peningkatan konflik ini berfungsi untuk meningkatkan perhatian pembaca atas masalah yang dihadapi oleh tokoh dalam cerpen.
Puncak Konflik (Klimaks)
Pada klimaks, pengarang menceritakan bagaimana tokoh cerpen menghadapi masalah atau konflik yang dihadapinya. Tahapan ini merupakan tahapan yang paling seru dalam sebuah cerpen.
Penyelesaian (Resolusi)
Pada tahap penyelesaian, pengarang akan menceritakan solusi dari konflik yang dihadapi oleh tokoh cerpen, sesuai dengan penokohan dari tokoh cerpen tersebut. Pada tahap ini pengarang juga akan menceritakan bagaimana nasib akhir tokoh cerpennya setelah mengalami atau menghadapi puncak konflik.
Koda
Tahapan ini merupakan bagian akhir dari cerpen yang mengungkapkan simpulan ataupun penutup dari nasib tokoh cerpen dan akhir dari konflik yang diangkat dalam cerita. Namun, tidak semua cerpen memberikan simpulan atau penutup ya Pahamifren.
Ada juga banyak cerpen yang diakhiri dengan cerita yang menggantung, dengan tujuan menyerahkan akhir cerita pada interpretasi para pembacanya. Jadi, si penulis mempersilakan pembacanya untuk menerjemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen yang baru saja mereka baca tersebut.
Unsur-Unsur Cerpen
Sama seperti novel, cerpen juga memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Apa saja itu? Yuk kita bahas satu persatu.
Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang terkandung dalam cerpen, yang membangun cerita dalam cerpen. Berikut ini adalah unsur-unsur intrinsik sebuah cerpen:
Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum cerita dalam cerpen. Tema juga dapat disebut sebagai ide atau tujuan utama cerita yang menggerakkan dan mendasari cerita dalam cerpen. Tema dalam cerpen selalu berkaitan dengan pengalaman hidup manusia, yang tertuang dalam peristiwa dan nasib tokoh dalam cerpen, yang dapat berupa permasalahan cinta, maut, religiusitas, dan lain sebagainya. Cerpen hanya memiliki satu tema karena bentuknya yang ringkas dan pendek, tokoh yang terbatas, serta plotnya yang tunggal.
Plot
Plot sering disebut sebagai alur atau jalan cerita. Plot merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerpen, yang mengandung peristiwa, konflik, dan klimaks. Plot dalam cerpen biasanya tunggal, terdiri dari satu urutan sampai akhir cerita.
Permulaan cerita ini bisa dimulai dari mana saja, tidak harus dari pengenalan tokoh dan lain sebagainya, tapi bisa juga dari konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam cerpen. Karena cerpen hanya memiliki plot tunggal, konflik maupun klimaks yang ada dalam cerpen biasanya bersifat tunggal juga.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan seseorang atau pemeran dalam sebuah cerita. Tokoh dibagi menjadi empat, yaitu protagonis, antagonis, tritagonis, dan figuran. Protagonis adalah tokoh yang memiliki karakter positif, seperti baik, pemberani, jujur, ramah, dan penuh kasih sayang.
Sebaliknya, antagonis adalah tokoh dengan karakter negatif, seperti jahat, licik, iri, dengki, penuh tipu daya, dan senang melihat orang menderita. Jenis tokoh ketiga, tritagonis, adalah tokoh yang memiliki karakter penengah, yang biasanya diandalkan oleh tokoh protagonis untuk dimintai nasehat, pendapat, dan bantuan. Jenis tokoh terakhir, figuran, adalah tokoh-tokoh pembantu, yang tidak memiliki banyak peran dalam cerita.
Sementara penokohan adalah karakter atau gambaran watak yang diberikan pengarang pada tokoh cerita. Penokohan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu analitik dan dramatik. Penokohan analitik adalah cara penggambaran keadaan dan fisik tokoh secara langsung, sehingga pembaca dapat langsung mengetahui watak tokoh dalam cerita.
Penokohan dramatik adalah cara penggambaran watak tokoh secara tidak langsung, yang dilakukan melalui sikap, cara bicara, tingkah laku, dan pandangan hidup tokoh tersebut. Jumlah tokoh dan penokohan dalam cerpen biasanya terbatas karena ringkasnya cerita. Oleh karena itu, tokoh dalam cerpen biasanya hanya sedikit dan penokohannya biasanya tidak detail, sehingga pembaca harus merekonstruksi sendiri gambaran dari tokoh cerpen tersebut.
Latar
Latar atau setting adalah gambaran waktu, tempat, dan kondisi sosial cerita dalam cerpen. Pelukisan latar dalam cerpen tidak memerlukan detail-detail khusus. Cerpen hanya membutuhkan pelukisan latar secara implisit atau secara garis besar saja, asal mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksud oleh pengarangnya.
Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menceritakan cerita dalam cerpen. Sudut pandang ini berkaitan dengan siapa yang bercerita dalam cerpen, yang dibagi menjadi empat, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang ketiga, sudut pandang campuran, dan sudut pandang orang kedua.
Sudut pandang orang pertama biasanya digunakan untuk tokoh yang bercerita dalam cerpen. Ciri khas sudut pandang ini adalah penggunaan kata “aku” atau “saya”. Sudut pandang orang ketiga biasanya digunakan untuk pencerita yang berada di luar cerita atau yang biasa disebut sebagai narator.
Sudut pandang orang ketiga ini biasanya menceritakan tokoh-tokoh dalam cerita dengan menggunakan nama tokoh tersebut atau dengan menggunakan kata ganti “dia”, “ia”, “mereka”. Nah, kalau sudut pandang campuran adalah sudut pandang yang menggunakan kedua sudut pandang tadi secara bergantian.
Sementara sudut pandang orang kedua adalah sudut pandang yang digunakan narator cerita dengan menggunakan kata ganti “kau” atau “kamu”. Sudut pandang orang kedua ini membuat cerita seolah-olah sedang dialami oleh pembaca atau narator sedang berbicara pada pembaca.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan medium yang digunakan pengarang untuk membangun narasi dan unsur estetika dalam cerpennya. Gaya bahasa seorang pengarang dapat dilihat dari pemilihan kata, bentuk-bentuk bahasa figuratif, struktur kalimat, penggunaan kohesi, dan lain-lain. Penggunaan gaya bahasa dalam cerpen biasanya bergantung pada selera pengarangnya, aliran sastra pengarang, atau tujuan penggunaannya.
Amanat
Amanat dalam cerpen adalah unsur nilai pelajaran yang bisa diambil oleh pembaca. Amanat sebuah cerpen ini biasanya dapat dilihat berdasarkan tema dan konflik dalam cerita. Amanat dalam cerpen dapat dibagi dua, yaitu amanat eksplisit dan amanat implisit.
Amanat eksplisit adalah amanat yang bisa langsung dipahami pembaca karena disampaikan langsung oleh pengarang dalam cerpen. Sementara amanat implisit adalah amanat yang tidak dituliskan secara terbuka oleh pengarang dan harus disimpulkan sendiri oleh pembacanya.
Unsur Ekstrinsik Cerpen
Kebalikan dari unsur intrinsik, unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur-unsur yang berasal dari luar cerpen, yang membentuk cerpen tersebut. Unsur ekstrinsik cerpen adalah sebagai berikut:
Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang merupakan unsur yang mempengaruhi motivasi dan pemahaman pengarang cerpen atas kehidupan. Latar belakang pengarang ini juga menggambarkan pandangan atau pemikiran pengarang cerpen atas masalah atau konflik yang ada dalam cerpennya. Latar belakang pengarang mencakup beberapa faktor, yaitu riwayat hidup pengarang, kondisi psikologis pengarang, pandangan dunia pengarang, dan aliran sastra yang dianut oleh pengarang.
Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang masyarakat adalah faktor-faktor yang ada dalam lingkungan masyarakat tempat pengarang tumbuh dan hidup. Latar belakang masyarakat ini turut mempengaruhi pemikiran pengarang dan sikapnya terhadap masalah-masalah yang ada di masyarakat, yang turut mempengaruhi cerpen pengarang. Latar belakang masyarakat ini biasanya berupa ideologi suatu negara, kondisi politik suatu negara, kondisi ekonomi suatu negara, dan kondisi sosial suatu negara.
Nah, itulah pembahasan mengenai cerita pendek dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen. Buat kamu yang ingin mendapatkan akses materi pelajaran SMA dengan cara yang mudah dan menyenangkan, kamu bisa mengunduh aplikasi pelajaran SMA Pahamify.
Dengan berlangganan paket belajar online Pahamify, kamu bisa mengakses berbagai fitur menarik, video pembelajaran yang seru hingga mendapat kesempatan bergabung dalam komunitas belajar online yang menyenangkan.
Tunggu apa lagi? Yuk download Pahamify sekarang!
Penulis: Salman Hakim Darwadi