Close

August 21, 2019

Sejarah Kapal Pinisi, Pengarung Samudra Legendaris dari Indonesia

Sejarah Kapal Pinisi dimulai dari abad 14

Nenek moyangku seorang pelaut ~ 
Gemar mengarung luas samudera ~

Kalian pasti pernah dengar atau bahkan menyanyikan lagu ini kan? Tapi kamu tau gak sih kenapa kita punya lagu yang mengisahkan kejayaan leluhur kita dalam menerjang ombak lautan?

Sejarah Kapal Pinisi

Indonesia adalah negara maritim–negara yang sebagian wilayahnya dikelilingi lautan. Nah, ada salah satu pengarung samudra dari Indonesia yang melegenda pada masa jayanya, bahkan sudah diakui sebagai warisan peninggalan bersejarah oleh UNESCO!

Pengarung samudra legendaris itu adalah Pinisi, sebuah jenis kapal yang dibuat oleh suku Bugis dan terkenal di seantero samudra pada masa jayanya. Menurut Kemendikbud, Sejarah kapal pinisi Pinisi dimulai dari pembuatannya pada abad ke 14 masehi oleh seorang putra mahkota bernama Sawerigading yang berasal dari Kerajaan Luwu. 

Kala itu, perahu Pinisi pertama dibuat dengan menggunakan bahan baku dari pohon yang dikenal sebagai pohon Welengreng atau Pohon Dewata. Kenapa pohon Welengreng ini dikenal sebagai pohon Dewata? Dikisahkan, pohon ini adalah pohon yang sangat kokoh dan tidak rapuh, akan tetapi pohon ini kerap dijaga oleh entitas-entitas tidak terlihat–sebut saja makhluk gaib–sehingga, sebelum pohon ini ditebang, serangkaian upacara adat untuk memindahkan penunggu pohon tersebut harus dilakukan. 

Sebenarnya, Perahu Pinisi awalnya dibuat oleh Sawerigading untuk melancarkan modusnya kepada seorang putri kerajaan Tiongkok yang bernama We Cudai. Dengan kapal ini, Sawerigading berhasil mendarat di Tiongkok dan mempersunting wanita yang didambakannya tersebut. Akan tetapi, setelah sekian lama tinggal di negeri orang, kerinduan akan kampung halaman pun muncul. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang kampung menggunakan kapal yang ia buat itu. 

Namun, nasib malang melanda Sawerigading. Kapal kokoh buatannya dihantam oleh gelombang besar di wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Bulukumba. Puing kapal Sawerigading terpental hingga ke 3 wilayah, yaitu Ara, Tana Beru, dan Lemo-Lemo. Masyarakat lokal tersebut kemudian membantu Sawerigading untuk merakit kembali kapal tersebut dengan skala yang lebih megah dan besar, yang akhirnya dikenal sebagai Pinisi–yang berarti sebuah kapal yang tangguh dan mampu melawan ombak.

Apa sih yang Membuat Pinisi Spesial?

Nah, kamu pasti penasaran kan kenapa kapal ini menjadi legendaris banget? Jadi, para nenek moyang kita mampu membuat kapal megah ini tanpa menggunakan pedoman teknis tertulis. Yaappp, para nenek moyang kita bisa membuat kapal keren ini tanpa menggunakan bantuan diagram, gambar, dan petunjuk tertulis! Mereka berpedoman pada tuturan para pendahulu mereka. Keren banget kan! Lebih kerennya lagi, kapal ini dibuat tanpa menggunakan besi! Semua bagian kapal ini, baik bagian badan, serta paku-paku yang memperkokoh kapal ini terbuat dari kayu! 

Selain itu, mereka juga sangat menjunjung kearifan lokal dan adat istiadat dan kearifan lokal. Sebelum kapal Pinisi dilepaskan ke laut untuk berlayar, upacara penyucian juga dilakukan. Upacara tersebut berupa pengorbanan hewan ternak berupa kambing jika total bobot akhir kapal kurang dari 100 ton, jika berat akhir kapal melebihi 100 ton, hewan yang harus dikorbankan adalah sapi atau kerbau. Wah, unik banget yaa Pahamifren! 

Nah, buat kamu yang suka sama cerita-cerita unik kayak gini, terus pantengin Blog Pahamify dan jangan lupa untuk share ke teman-temanmu supaya kamu bisa pinter bareng-bareng!


Download Aplikasi belajar Pahamify di Google Play dan Apple App Store

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *