Close

October 20, 2020

Teknik Simpel dan Mendasar Untuk Mengatasi Rasa Malas

Teknik Simpel dan Mendasar Untuk Mengatasi Rasa Malas

Rasa malas? Kamu pernah ngerasa diri kamu malas banget sampai mengecap diri kamu sendiri pemalas, gak? Kalau pernah, hal yang sama juga pernah dialami oleh Kak Fikri, loh, Pahamifen. Makanya, dalam utas Kak fikri pada tanggal 8 Maret 2020, Kak Fikri membahas masalah ini secara khusus. Kak Fikri sendiri mengaku kalau dulunya ia juga seorang pemalas. Dari masalah malas ini, dia jadi sadar kalau ada satu hal yang gak pernah diajarkan dari TK sampai S3, yaitu cara mengatasi rasa malas dan menjadi orang yang rajin.

Berdasarkan pengalaman Kak Fikri, ia dulu dianggap pinter, tapi pemalas. Bahkan ia sampai dimasukkan ke SD sebelum ia lulus TK karena ia dulu sering bolos sekolah. Setelah itu, setiap kali nilai Kak Fikri jelek, ia dimaafkan karena dianggap malas belajar, jadi wajar kalau nilainya jelek. 

Tapi efek dari dianggap wajar dapat nilai jelek karena dicap pemalas ini efeknya panjang, Pahamifren. Gara-gara itu, Kak Fikri jadi percaya kalau dirinya adalah seorang pemalas. Ia jadi gak pernah belajar dengan sungguh-sungguh dan sering bolos sekolah. Sekalinya Kak Fikri rajin belajar dan cukup ambisius itu cuma saat ia pengen masuk ke ITB dulu aja. Ini artinya, Kak Fikri waktu itu rajin belajar karena ada motivasinya, yaitu pengen masuk ITB.

Nah, karena Kak Fikri percaya kalau ia seorang pemalas, ia jadi menormalkan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh pemalas. Tentu saja kebiasaan ini gak berujung baik. Waktu semester 1 saat ia kuliah S3, Kak Fikri akhirnya kena getahnya. Nilainya jadi yang terjelek dari semua penerima beasiswa di universitas tempatnya kuliah.

Dari kejadian tersebut, Kak Fikri jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kenapa dia gak bisa jadi orang yang rajin? Sementara orang lain aja bisa jadi orang yang rajin. Apakah sebenernya ia juga bisa rajin seperti orang lain?

Kak Fikri akhirnya melakukan riset cara-cara belajar dan cara menjadi rajin. Dari salah satu buku yang sempat dia baca, ada buku yang meneliti para pelajar yang berprestasi. Dalam buku tersebut, Kak Fikri jadi mengetahui ternyata para pelajar berprestasi juga memiliki rasa malas. Bedanya, para pelajar berprestasi tersebut lebih menyadari hal tersebut dan menolak tunduk pada rasa malas dalam diri mereka. Makanya, mereka merancang jadwal, membentuk kebiasaan, dan mendisiplinkan diri. Sehingga bagi mereka, perlawanan terhadap rasa malas jadi lebih sistematis, masif, dan terstruktur.

Sementara para pelajar yang prestasinya biasa-biasa aja, mencoba melawan rasa malas mereka hanya pada detik saat mereka sadar saja. Misalnya, pada saat mereka mau ujian atau pas saat mau UTBK, baru, deh, mereka berusaha lebih rajin belajar dari biasanya. Cara mereka yang begini menurut Kak Fikri hanya mengandalkan kekuatan tekad dan mental, yang pada akhirnya akan habis juga. Alias gak akan bertahan lama karena gak sistematis dan konsisten seperti yang dilakukan para pelajar berprestasi.

Kak Fikri jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kenapa dia gak bisa jadi orang yang rajin? Sementara orang lain aja bisa jadi orang yang rajin. Apakah sebenernya ia juga bisa rajin seperti orang lain?

Dari mempelajari perbedaan antara pelajar berprestasi dan pelajar yang prestasinya biasa-biasa aja, Kak Fikri akhirnya menemukan dua konsep. Konsep yang pertama adalah kita melakukan aktivitas sesuai dengan cap yang kita lekatkan pada diri kita sendiri. Jadi, kalau kita mencap diri kita sebagai seorang gamer, pasti kita jadi lebih enteng kalau main game. Mau main game sesulit apa pun, pasti bakalan kita jabanin. Sama halnya kalau kita mengecap diri kita sebagai penulis, pasti kita jadi pribadi yang senang menulis.

Nah, gawatnya kalau kita udah terlanjur percaya kalau diri kita ini pemalas, kitanya jadi terlena. Jadi tetep santai dan melanjutkan kemalasan kita. Kamu tau gak kenapa bisa begitu? Ini karena secara gak sadar, pikiran kita jadi bener-bener percaya kalau diri kita itu memang pemalas. Makanya kita jadi mengondisikan diri dan kebiasaan kita untuk bertindak malas.

Makanya, menurut Kak Fikri, langkah pertama yang mesti kita lakukan untuk mengubah pola pikir kita yang percaya kalau kita itu pemalas adalah dengan meng-uninstall atau menghapus kepercayaan kita yang salah kalau kita ini seorang pemalas. Tapi, gak cukup dengan meng-uninstall atau menghapus pikiran tersebut aja, ya, Pahamifren. Mesti ada program atau keyakinan baru yang mesti kita install alias pasang dalam pikiran kita. 

Terus apa yang mesti kita install atau pasang? Di sini kita masuk konsepnya Kak Fikri yang kedua. Sebelum masuk ke konsep yang kedua, Cuitan Fikri mau nanya dulu, nih. Menurut kamu gelap itu ada, gak, sih? Kalau kamu jawab gelap itu gak ada, kamu bener. Soalnya dalam ilmu fisika, yang namanya gelap itu sebenernya gak ada. Gelap hanyalah kondisi saat cahaya yang ada itu kurang atau sama sekali gak ada. Alias cahaya absen dalam ruangan atau wilayah tersebut.

Nah, menurut Kak Fikri, kita juga mesti melihat kemalasan dengan cara yang sama. Malas itu kurang rajin. Jadi, kamu itu bukan malas, tapi cuma kurang rajin aja. Kalau kamu kurang rajin, itu artinya rajin ada level-levelnya. Makanya yang perlu kamu lakukan hanyalah meningkatkan level rajin kamu. Kalau sekarang ini level rajin kamu rendah, kamu perlu meningkatkannya secara bertahap. Kamu gak bisa lompat dari level 0 ke level 99. Ini sama kayak skill di gim-gim gitu, loh. 

Hal yang perlu kamu lakukan hanyalah sedikit lebih rajin setiap harinya. Kalau biasanya kamu belajar pakai sistem kebut semalam, kamu bisa mulai dari sistem kebut dua malam. Jadi, kamu gak perlu langsung pakai sistem kebut seminggu, Pahamifren. Bahkan kalau kamu masih merasa sistem kebut dua malam itu berat, kamu bisa menurunkan targetnya lagi jadi ngebut dari pagi H-1.

Jadi pilihannya ada di kamu, ya, Pahamifren. Kamu mau jadi b for biasa aja atau b for berprestasi. Untuk memilihnya hanya semudah mengubah cara berpikir atau sudut pandang atau keyakinan kamu aja. Simpel, tapi mendasar. Kak Fikri menekankan kalau ini adalah dasar dari semua kesuksesan.

Menariknya, kalau kamu sukses melakukan target kecil ini, lama-kelamaan kamu akan ketagihan untuk meningkatkan level rajin kamu. Persis banget kayak pas kamu main gim, kan? Kamu juga bisa melakukan cara ini untuk membangun kebiasan lain, selain untuk belajar. Misalnya, untuk cuci piring setelah makan, beresin alat tulis, ngerapiin meja belajar, dan lain-lain. Toh, kamu juga sebenernya rajin ketika kamu melakukan hal yang kamu sukai atau gemari, kan? Entah itu hobi atau pas kamu jadi fanboying/fangirling. Jadi sebenernya kamu cuma tinggal mengarahkan potensi dalam diri kamu aja.

Kenapa begitu? Karena prestasi atau kesuksesan kita adalah kumpulan dari aktivitas yang kita lakukan. Aktivitas kita ini lebih dibentuk oleh kebiasaan kita. Kebiasaan kita dibentuk dari identitas kita. Cara kita memandang dan melabeli diri kita bergantung pada kepercayaan kita atas diri kita.

Kalau kamu percaya diri kamu adalah orang yang rajin, kamu akan memiliki kebiasaan orang rajin. Dan kebiasaan orang rajin itu membuat aktivitasnya kebanyakan belajar secara teratur dan terstruktur. Tentunya kalau sudah begini, sudah hukum alam nilai kamu bakalan bagus. Itu sudah konsekuensi, kata Kak Fikri.

Jadi pilihannya ada di kamu, ya, Pahamifren. Kamu mau jadi b for biasa aja atau b for berprestasi. Untuk memilihnya hanya semudah mengubah cara berpikir atau sudut pandang atau keyakinan kamu aja. Simpel, tapi mendasar. Kak Fikri menekankan kalau ini adalah dasar dari semua kesuksesan.

Kak Fikri kemudian menambahkan catatan masalah kemalasan yang berkaitan dengan mental health alias kesehatan mental. Ada kalanya mungkin kamu merasa lelah, gak punya energi untuk ngapa-ngapain, gak bisa merasa senang, sampai gak nafsu makan. Kalau kamu udah ngerasa begitu, kamu harus mengecek kesehatan mental kamu. Bisa aja saat kamu merasa begitu, kamu sedang merasa depresi. Dan kalau memang ini yang menjadi penyebab kemalasan kamu, kamu perlu mencari bantuan profesional.

Jadi, kalau misalnya kamu merasa kemalasan kamu di luar batas kewajaran atau kamu merasa gak jadi diri kamu sendiri, bisa jadi kamu perlu treatment. Entah itu dengan psikoterapi bersama seorang psikolog atau medication dengan seorang psikiater. Kalau mental kamu dalam kondisi sehat, baru teknik yang dibagikan oleh Kak Fikri di atas bisa kamu terapkan.

Nah, biar upaya kamu jadi pelajar yang rajin makin asyik dan seru, kamu bisa banget, nih, pake aplikasi Pahamify. Semua fitur yang ada di aplikasi Pahamify sudah dikonsep sedemikian rupa untuk membantu kamu lebih mudah mempelajari materi-materi pelajaran yang kamu anggap sulit. Udah, gak usah buang-buang waktu lagi. Buruan unduh aplikasi dan dapatkan promo paket Pahamify sekarang!

Penulis: Salman Hakim Darwadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *