Close

September 20, 2021

Rangkuman Live Class Sejarah: Corak Kehidupan Praaksara Nusantara

Sejarah - Masa Neozoikum

Halo Pahamifren, ketemu lagi sama Mipi. Kali ini, Mipi mau mengajak kamu membahas rangkuman Live Class tentang kehidupan masyarakat praaksara di Nusantara nih. Kira-kira, seperti apa ya situasi pada zaman itu? Yuk, simak ulasannya di artikel ini sampai selesai!

Sebelum membahas corak kehidupan masyarakat praaksara, ada baiknya kalau kita ulas sedikit tentang apa itu praaksara? Ya, betul sekali, seperti namanya, praaksara adalah masa sebelum dikenalnya tulisan. Masa praaksara ini biasa juga disebut sebagai masa nirleka.

Dalam ilmu Sejarah, masa praaksara disebut juga sebagai masa prasejarah. Karena, masa sejarah baru dimulai saat manusia sudah mengenal tulisan, yaitu sejak jejak tulisan pertama ditemukan di dunia oleh bangsa Sumeria di Kota Mesopotamia. Tulisan yang dikenal sebagai Tulisan Paku ini diperkirakan sudah digunakan bangsa Sumeria sejak 3.000 tahun sebelum masehi (SM), lho.

Nah, setelah memahami sekilas tentang praaksara. Adakah di antara kamu yang penasaran, seperti apa sih corak kehidupan masyarakat praaksara di Nusantara? Sebenarnya, kehidupan masyarakat praaksara di Nusantara belum dapat diperkirakan secara pasti. Karena, penelitian mengenai masa tersebut hanya dapat didasarkan pada penemuan-penemuan yang sudah ditemukan dan diteliti. 

Hasil penelitian atas penemuan-penemuan tersebut juga masih bersifat tentatif dan masih bisa berkembang. Karena ilmu sejarah dinamis, setiap hasil dari penelitian atas penemuan baru akan menggantikan hasil penelitian sebelumnya. Walaupun begitu, para ahli sejarah sepakat, bahwa kehidupan manusia di Indonesia dimulai pada zaman Neozoikum, atau kurang lebih 60 juta tahun yang lalu.

Seperti yang dijelaskan Kak Wandi, Rockstar Teacher Pahamify pada video Live Class Sejarah di channel YouTube Pahamify, satu di antara contoh nyata penemuan yang berkaitan dengan masa kehidupan masyarakat praaksara di Nusantara adalah Situs Gunung Padang yang berlokasi di Cianjur, Jawa Barat. Situs Gunung Padang ini merupakan situs peninggalan masa praaksara di Nusantara, yang umurnya diperkirakan sekitar 4.000 sampai 5.000 SM. 

Jadi, bisa dikatakan kalau Situs Gunung Padang ini merupakan situs peninggalan zaman Megalitikum, peninggalan batu tertua, yang ada di dunia. Umur Situs Gunung Padang ini bahkan mengalahkan umur Piramida Giza di Mesir, yang termasuk 7 keajaiban dunia, loh, Pahamifren. Ya, sekalipun Situs Gunung Padang ini masih perlu diteliti dengan pasti umurnya berapa, tapi situs ini menjadi bukti kalau Indonesia di masa lampau pernah memiliki peradaban yang hebat.

Fase Pembentukan Bumi

Bagaimana kehidupan masyarakat praaksara di Indonesia?

Pada materi Live Class, Kak Wandi juga mengulas tentang fase pembentukan bumi atau fase geologis bumi. Berikut adalah fase pembentukan bumi:

Zaman Arkaekum 

Zaman Arkaekum atau zaman Arkeozoikum merupakan masa saat belum ada tanda-tanda kehidupan di bumi. Zaman ini berlangsung 2.500 juta tahun yang lalu. Pada zaman itu kondisi bumi masih belum stabil, bumi masih berbentuk planet bola gas yang sangat panas, rotasi bumi terjadi dengan sangat cepat, suhu di bumi masih sangat panas, dan kerak bumi masih dalam proses pembentukan, sehingga tidak ada tanda-tanda kehidupan pada zaman ini. 

Nah, kerak bumi baru tercipta saat terjadinya pendinginan bagian tepi dari “balon bumi” atau yang biasa disebut juga sebagai bakalan bumi. Lempeng tektonik yang kemudian akan menyebabkan terjadinya gempa bumi di dunia terbentuk pada masa ini, Pahamifren. Gunung-gunung berapi yang ada di bumi juga terbentuk pada masa ini. Bukti peninggalan zaman Arkaekum ini adalah kraton atau perisai benua yang dapat ditemukan di sejumlah bagian dunia.

Zaman Paleozoikum

Zaman Paleozoikum merupakan masa prasejarah yang juga biasa disebut sebagai zaman primer atau zaman kehidupan tua di bumi. Zaman ini terjadi pada 340 juta tahun yang lalu, saat bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Pada zaman Paleozoikum suhu di bumi mulai mengalami penurunan sehingga pada zaman ini mulai muncul tanda-tanda kehidupan di bumi, berupa ikan, reptil, amfibi, mikroorganisme, dan hewan-hewan bersel satu lainnya yang tidak bertulang.

Zaman Mesozoikum

Zaman Mesozoikum atau yang bisa disebut juga sebagai zaman pertengahan, terjadi pada 252 juta sampai 65 juta tahun yang lalu. Zaman ini disebut juga sebagai zaman reptil karena pada zaman ini mulai muncul reptil-reptil raksasa seperti Megalosaurus, Iguanodon, Pseudosuchia, dan Plesiosaurus. 

Selain dikenal sebagai zaman reptil, zaman ini juga dikenal sebagai zaman jura, yang menjadi zaman kejayaan dinosaurus. Pada zaman ini juga muncul beberapa makhluk hidup lain seperti burung dan binatang menyusui, tetapi tingkat populasi mereka masih sangat rendah. Zaman Mesozoikum diakhiri dengan kepunahan massal dinosaurus. 

Zaman Neozoikum

Zaman Neozoikum seringkali disebut juga sebagai zaman Senozoikum atau zaman Kenozoikum. Zaman yang disebut sebagai zaman kehidupan baru ini berlangsung selama 65,5 juta tahun yang lalu sampai masa sekarang. Zaman Neozoikum terbagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kwarter. 

Pada zaman Tersier mulai muncul mamalia, seperti ikan paus, opossum (mamalia berkantung), multituberculates (sejenis hewan pengerat), nenek moyang gajah, nenek moyang kuda, dan primata. Sementara pada zaman Kwarter mulai muncul manusia. 

Baca Juga: Sejarah Masa Neozoikum 

Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia 

Saat membahas tentang kehidupan masyarakat praaksara di Nusantara, tentu tidak bisa lepas dari asal-usul bangsa Indonesia. Sejauh ini, ada beberapa teori yang berkembang tentang siapa nenek moyang bangsa Indonesia. Teori tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia yang terkenal di antaranya:

Teori Asia Tenggara (Kern & Brandes)

Dasar dari teori Asia Tenggara ini adalah penemuan kapak tua yang ditemukan di Nusantara memiliki persamaan dengan kapak tua yang berada di wilayah Asia Tenggara, seperti di Thailand dan Vietnam. Dari persamaan kapak tua tersebut, teori ini menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Asia Tenggara yang bermigrasi ke Nusantara.

Teori Yunan (Mohammad Ali)

Teori ini menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Yunan yang bermigrasi ke Vietnam, kemudian ke Indonesia. Teori ini didasarkan pada temuan perahu cadik yang digunakan untuk bermigrasi di Nusantara sama dengan perahu cadik yang ada di Cina dan Vietnam. 

Apa Yang Dimaksud Dengan Teori Evolusi? Bagaimana kehidupan masyarakat praaksara di Indonesia?

Selain itu, teori ini turut didukung dengan adanya persamaan bahasa yang berkembang di Nusantara dengan bahasa Melayu Polinesia yang ada di Kamboja. Dari persamaan bahasa ini, teori Yunan menyimpulkan bahwa masyarakat Yunan yang bermigrasi, menyusuri Sungai Mekong, lalu sebagian lagi melanjutkan bermigrasi sampai ke wilayah Nusantara.

Dalam teori Yunan ini juga disebutkan bahwa proses migrasi dari Yunan ke Indonesia dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang pertama dilakukan oleh bangsa Proto Melayu atau yang biasa disebut sebagai Melayu Muda. Migrasi gelombang pertama dari Yunan ke Nusantara ini dilakukan pada tahun 3.000 sampai 1.500 SM. 

Ciri utama dari migrasi gelombang pertama ini adalah kebudayaan Neolitikum dan perahu bercadik satu. Sementara gelombang kedua dilakukan oleh bangsa Deutro Melayu, yang dilakukan sejak pada tahun 1.500 sampai 500 SM. Citri utama dari migrasi gelombang kedua ini adalah perahu bercadik dua.

Teori Nusantara (Mohammad Yamin)

Teori Nusantara merupakan teori yang membalikkan perspektif teori Asia Tenggara dan teori Yunan. Teori ini justru menganggap bahwa proses migrasi kehidupan masyarkaat praaksara dimulai dari Nusantara.

Mohammad Yamin meyakini, bahwa pada zaman dahulu, Nusantara merupakan salah satu pusat kebudayaan dunia. Jadi, dalam teori ini, nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia yang tinggal di Nusantara, yang kemudian bermigrasi ke wilayah lain. 

Walaupun terkesan kontroversial, Mohammad Yamin menuturkan teori ini berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Menurutnya, bukti-bukti kehidupan masyarakat praaksara seperti perkakas batu dan logam yang ditemukan di Nusantara, adalah yang paling lengkap dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Selain itu, fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Nusantara juga dianggap sebagai bukti yang menguatkan teori Nusantara ini. Menurut Kak Wandi, teori ini merupakan teori yang Indonesiasentris.

Teori Afrika (James Watson)

Kak Wandi mengatakan kalau teori Afrika ini merupakan teori yang paling baru, tetapi menjadi teori yang paling menarik. Pada teori ini, kehidupan masyarakat praaksara dianggap dimulai dari Afrika, yang kemudian bermigrasi ke wilayah-wilayah lain.

Teori ini percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Madagaskar, yang dibuktikan dengan penelitian DNA yang menunjukkan bahwa orang Indonesia dan orang Afrika (khususnya Madagaskar) memiliki banyak persamaan presentasi gen atau DNA.

Pembagian Masa Praaksara menurut Kebudayaan

Zaman praaksara dibagi menjadi dua, yaitu zaman Batu dan zaman Logam. Kita bahas satu per satu, yuk!

Zaman Batu

Zaman Batu dibagi menjadi empat periodisasi, yaitu:

Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

Zaman Batu Tua atau yang biasa disebut juga sebagai zaman Paleolitikum merupakan zaman saat manusia purba menggunakan peralatan dari batu dan tulang yang masih dikerjakan dengan kasar dan sederhana. Manusia purba pada zaman ini masih hidup nomaden dalam kelompok kecil. Manusia purba pada masa ini hidup di sekitar tepian sungai karena sumber makanan pada masa itu biasanya terdapat di sekitar sungai. 

Mereka menggantungkan hidup mereka kepada alam dengan berburu hewan di sekitar tempat tinggal mereka dan mengumpulkan makanan seperti buah dan umbi-umbian. Manusia purba yang hidup pada zaman Paleolitikum ini adalah Pithecanthropus Erectus, Meganthropus Palaeojavanicus, Homo Erectus, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis.

Manusia purba zaman Paleolitikum berburu dengan kapak genggam, kapak pendek, dan kapak perimbas, kemudian memastikan hewan buruan tersebut sudah mati dengan pisau dari tulang. Setelah itu, mereka akan menguliti hewan buruan mereka dengan alat serpih atau flakes. Karena pada masa ini belum ditemukan api, mereka memakan mentah-mentah daging hewan buruan mereka. Mereka tinggal di dalam gua untuk menghindari serangan hewan buas.

Pada zaman Paleolitikum ini ada dua kebudayaan, yaitu kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Kebudayaan Pacitan ditemukan pada tahun 1935 oleh Von Koeningswald. Perkakas yang ditemukan dari kebudayaan ini adalah kapak genggam, alat serpih, dan kapak perimbas.

Perkakas tersebut ditemukan di Pacitan, Progo, Gombong, Sukabumi, dan Lahat. Para ahli memperkirakan kapak genggam merupakan hasil dari kebudayaan Meganthropus, sementara kapak perimbas diperkirakan merupakan hasil dari kebudayaan Pithecanthropus. 

Nah, kalau dari kebudayaan Ngandong, perkakas yang ditemukan di Ngandong, Ngawi, jawa Timur, adalah peralatan yang dibuat manusia purba dari tulang dan tanduk rusa. Para ahli memperkirakan kalau tulang dan tanduk rusa tersebut digunakan sebagai alat penusuk, mata tombak, atau belati.

Alat dari tulang atau tanduk rusa tersebut digunakan untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah atau untuk menangkap ikan. Sementara flakes atau alat kecil yang terbuat dari batu chalcedon digunakan untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan, serta untuk mengupas makanan.

Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)

Zaman Batu Tengah atau yang biasa disebut Mesolitikum merupakan masa peralihan dari zaman Paleolitikum dan zaman Neolitikum. Pada zaman ini manusia purba masih hidup nomaden dan mengumpulkan makanan. Pembagian peran dalam kelompok dilakukan dengan cara laki-laki berburu, sementara perempuan tinggal di gua mereka untuk memasak dan merawat anak.

Perkakas yang digunakan manusia purba pada zaman ini nyaris sama dengan perkakas manusia purba pada zaman Paleolitikum, yaitu berupa perkakas dari batu-batu kasar. Pendukung kebudayaan zaman Mesolitikum ini adalah bangsa Papua-Melanosoid.

Kebudayaan pada zaman Mesolitikum ini dibagi menjadi dua, yaitu Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche. Secara etimologis, kata “kjokkenmoddinger” berasal dari bahasa Denmark, yaitu “kjokken” yang memiliki arti dapur dan modding yang memiliki arti “sampah”. Jadi, kjokkenmoddinger memiliki arti sampah dapur. 

Sampah-sampah dapur pada zaman Mesolitikum ini adalah sampah-sampah berupa tumpukan cangkang kerang. Sampah-sampah dapur ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera. Perkakas yang dihasilkan dari zaman Mesolitikum adalah kapak genggam, kapak pendek, kapak-kapak dari batu kali yang dibelah, dan pipisan yang digunakan untuk menggiling makanan dan menghaluskan cat merah dari tanah merah. Cat merah dari zaman ini diperkirakan digunakan untuk kepentingan religius dan magis. 

Sementara kebudayaan Abris Sous Roche adalah kebiasaan manusia purba untuk tinggal di gua-gua yang ada di tebing pantai. Dalam gua-gua tersebut ditemukan perkakas batu yang sudah diasah dan peralatan dari tulang dan tanduk. Perkakas tersebut banyak ditemukan di gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, sehingga dinamakan Sampung Bone Culture. Selain itu, Abris Sous Roche juga ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan. 

Selain itu, dari Abris Sous Roche juga ditemukan lukisan berupa cap tangan di dinding gua yang diyakini para ahli berkaitan dengan ritual agama yang dilakukan manusia purba pada zaman ini. Cap tangan berwarna merah diperkirakan para ahli menjadi simbol kekuatan dari roh-roh jahat, sementara cap tangan yang jumlah jarinya tidak lengkap dianggap sebagai bentuk ungkapan dukacita. Lukisan cap tangan ini banyak ditemukan di gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan.

Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Pada zaman Batu Muda atau yang biasa disebut Neolitikum, manusia purba mulai hidup menetap dan sudah mulai mengenal bercocok tanam dan menghasilkan makanan sendiri. Manusia purba pendukung kebudayaan dari zaman Neolitikum ini adalah Austronesia (Austria) dan Austro-Asia (Khamer Indocina). 

Ciri khas kebudayaan manusia purba pada zaman Neolitikum ini adalah perkakas yang mereka gunakan sudah mulai diasah dan dipoles, sehingga hasilnya lebih sempurna dan lebih halus. Perkakas yang muncul pada zaman ini digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Peninggalan perkakas dari zaman Neolitikum adalah sebagai berikut:

  • Kapak persegi seperti beliung, torah dan pacul yang digunakan untuk kegiatan bersawah. Kapak ini banyak ditemukan di Jawa, Bali, Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku.
  • Kapak lonjong yang digunakan untuk menebang pohon, yang banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di Papua dan Minahasa.
  • Perhiasan berupa gelang dan kalung yang terbuat dari batu indah, yang ditemukan di Jawa.
  • Pakaian dari kulit kayu.
  • Mata tombak dan mata panah yang digunakan untuk berburu, yang banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
  • Alat pemukul kulit kayu.
  • Tembikar berupa periuk belaga yang ditemukan di Jawa, Melolo (Sunda), dan Sumatera.

Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Manusia purba pada zaman Batu Besar atau Megalitikum sudah semakin maju, nih, Pahamifren. Pada zaman ini, manusia purba sudah bisa menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar, yang digunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan penguburan jenazah. Manusia purba pendukung kebudayaan pada zaman Megalitikum ini adalah Homo Sapiens. 

Nah, menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalitikum ini menyebar di Nusantara melalui dua gelombang, yaitu gelombang Megalitikum Tua dan gelombang Megalitikum Muda. Gelombang Megalitikum Tua terjadi sepanjang 2.500 sampai 1.500 SM, yang dibawa oleh manusia purba yang mendukung Kebudayaan Kapak Persegi, yaitu Proto Melayu. Hasil bangunan kebudayaan dari gelombang Megalitikum Tua ini adalah punden berundak-undak, menhir, dan arca-arca statis. 

Sementara gelombang Megalitikum Muda terjadi sepanjang 1.000 sampai 10 SM, pada zaman perunggu, oleh pendukung Kebudayaan Dongson, yaitu Deutro Melayu. Nah, kalau hasil bangunan kebudayaan dari gelombang Megalitikum Muda ini adalah dolmen, waruga, peti kubur batu, sarkofagus, dan arca-arca dinamis. Para ahli memperkirakan kebudayan zaman Megalitikum berkebang dari zaman Neolitikum hingga zaman perunggu.

Zaman Logam

Setelah kamu mempelajari mengenai zaman Batu di Nusantara, kamu juga perlu tahu, nih, zaman Logam di masa praaksara Nusantara dulu. Zaman Logam seringkali disebut juga sebagai zaman Perundagian karena pada masa itu muncul golongan undagi yang mahir dalam melakukan perkerjaan tangan.

Manusia purba pada zaman Logam mulai mengenal teknologi dan pertukangan dari logam dengan menggunakan dua teknik, yaitu teknik cetakan batu (bivalve) dan teknik cetakan tanah liat serta lilin (a cire perdue). Zaman logam dibagi menjadi tiga, yaitu:

Zaman Tembaga

Sesuai dengan namanya, manusia purba pada masa ini mulai mengenal logam untuk membuat perkakas sehari-hari mereka. Tembaga merupakan bahan logam pertama yang digunakan manusia purba sebagai bahan dasar membuat perkakas sehari-hari.

Namun, masa praaksara Nusantara tidak mengenal dan tidak terpengaruh zaman Tembaga. Makanya peninggalan perkakas dari zaman Tembaga ini tidak ditemukan di Indonesia, Pahamifren. 

Zaman Perunggu

Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Nah, kalau peninggalan dari zaman Perunggu, baru deh banyak ditemukan di Indonesia. Sesuai dengan namanya, manusia purba pada masa ini menggunakan perunggu untuk membuat perkakas sehari-hari mereka. Peninggalan perkakas yang ditemukan di Nusantara dari zaman Perunggu ini adalah sebagai berikut:

  • Kapak corong berupa kapak sepatu, yang digunakan sebagai alat kebesaran dalam upacara adat. Kapak corong ini banyak ditemukan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Bali. 
  • Bejana perunggu yang berupa seperti periuk, tetapi gepeng dan langsing. Bejana perunggu ini banyak ditemukan di Madura dan tepian Danau Kerinci, Sumatera. Dua bejana yang ditemukan di Indonesia sama-sama memiliki hiasan yang sangat indah berbentuk gambar. 
  • Candrasa yang serupa senjata. Para ahli memperkirakan candrasa ini digunakan manusia purba untuk keperluan upacara dan banyak ditemukan di Bandung.
  • Nekara yang berbentuk genderang besar atau tambur menyerupai dandang terbalik, yang digunakan untuk ritual seperti ritual memanggil hujan dan sebagai pengiring ritual kematian. Nekara ini juga digunakan sebagai genderang perang, loh. Nekara banyak ditemukan di wilayah Jawa, Bali, Sumbawa, Sumatera, Pulau Roti, Kepulauan Kei, dan Selayar. Nekara terbesar yang ditemukan di Indonesia adalah nekara “The Moon of Pejeng”. Nekara tersebut berada di Bali.
  • Moko, yang merupakan sejenis nekara berukuran lebih kecil. Nekara ini digunakan oleh manusia purba sebagai benda pusaka kepala suku, yang kemudian akan diwariskan kepada anak laki-laki kepala suku atau sebagai alat mas kawin. Moko ini banyak ditemukan di Manggarai (Pulau Flores) dan Pulau Alor.
  • Arca perunggu yang dapat berbentuk manusia atau binatang. Arca perunggu ini biasanya berbentuk kecil dan memiliki cincin pada bagian atasnya. Cincin tersebut berfungsi untuk menggantungkan arca karena arca perunggu juga digunakan sebagai liontin. Arca perunggu ini banyak ditemukan di Palembang (Sulawesi Selatan), Limbangan (Bogor), dan Bangkinang (Riau).

Zaman Besi

Pada zaman Besi, manusia purba sudah mampu membuat peralatan yang lebih sempurna dengan menggunakan bahan baku bijih besi yang dileburkan dan dituangkan ke dalam cetakan. Peninggalan manusia purba dari zaman Besi ini adalah mata pisau, mata sabit, mata kapak, mata pedang, cangkul, dan lain sebagainya. Perkakas tersebut banyak ditemukan di Bogor, Gunung Kidul (Yogyakarata), Besuki, dan Punug (Jawa Timur).

Nah, demikian rangkuman kelas online tentang kehidupan masyarakat praaksara di Nusantara. Semoga artikel ini bisa membantu kamu dalam memperkaya referensi belajar, ya, Pahamifren.

Buat kamu yang ingin meningkatkan nilai rapor di semester ini, sekaligus mempersiapkan diri menghadapi UTBK SBMPTN, kamu bisa mengakses paket Live Class premium di sini. Di program Live Class, kamu akan dibimbing langsung oleh Rocsktar Teacher untuk memahami materi pelajaran sekaligus latihan soal UTBK. Sehingga, peluang lolos masuk PTN impianmu akan semakin besar, Pahamifren.

Tunggu apalagi? Yuk unduh aplikasi bimbel online Pahamify di link ini dan manfaatkan semua fitur kerennya, sekarang! Jangan lupa cek juga info paket belajar dan promo menarik dari Pahamify di https://pahamify.com/paket-belajar/, ya!

Referensi:

“Periodesasi Zaman Praaksara Berdasarkan Arkeologi”

“Zaman Batu: Pembagian Zaman dan Hasil Kebudayaan”

“Sejarah Wajib 10: Masa Praaksara – Masa Paleolitikum dan Mesolitikum”

Penulis: Salman Hakim Darwadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *